Bos ChatGPT Sam Altman Khawatir AI Bikin Disinformasi Baru

Lenny Septiani|Katadata
CEO OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, Sam Altman mengunjungi Indonesia, Selasa (14/6/2023), mengunjungi Indonesia dan berbagi pemikirannya terhadap perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam bincang-bincang di Jakarta.
16/6/2023, 09.47 WIB

Kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) memudahkan pencarian informasi masyarakat. Namun, kecanggihan teknologi ini justru dikhawatirkan memicu adanya disinformasi baru.

CEO OpenAI pembuat ChatGPT, Sam Altman pun turut menyuarakan kekhawatiran ini. “Saya pikir AI akan menghadirkan jenis disinformasi baru,” ujarnya kepada media setelah acara diskusi bertajuk “Conversation with Sam Altman” di Grand Ballroom, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu (14/6).

Ada banyak jenis disinformasi di dunia dan cara menghadapinya, mulai dari informasi berupa tulisan, gambar, hingga video. Menurutnya, masyarakat pun harus menyesuaikan tantangan itu.

Altman mengatakan hal yang paling ia khawatirkan adalah jenis disinformasi baru yang bersifat satu lawan satu dan persuasif.  “Saya pikir itu adalah tantangan baru yang mendasar dan harus ada lebih banyak upaya dan fokus untuk memikirkan hal ini,” katanya.

AI juga dinilai berpotensi menggeser fungsi beberapa jenis profesi dan pekerjaan dalam lima tahun mendatang. Menanggapi fenomena tersebut, Altman berpendapat bahwa manusia harus bergerak mengikuti masa depan.

"Karena akan ada hal yang lebih banyak lagi yang terjadi," ujarnya.

Dia mengatakan kehadiran teknologi baru, entah ChatGPT atau teknologi lain, akan memunculkan pekerjaan baru yang lebih baik di masa depan. "Pasti akan ada perpindahan pekerjaan," katanya.

Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika  bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengembangkan AI Natural Language Processing (NLP). Fungsinya menganalisis dan menangani konten hoaks yang beredar di dunia maya. 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel A. Pangerapan menjelaskan, BRIN akan membuat algoritma melalui teknik NLP dan Machine Learning. Kemudian, algoritma itu akan diberikan kepada Kominfo untuk menganalisis konten hoaks.

Kominfo juga membuka kemungkinan proyek itu dikembangkan lebih jauh. "Siapa pun bisa menggunakan NLP ini," katanya dalam konferensi pers di media center Kominfo, (13/4).

Reporter: Lenny Septiani