Viral Cuaca Dingin RI karena Fenomena Aphelion, Ini Penjelasan BMKG

ANTARA FOTO/Anis Efizudin/rwa.
Pengunjung berwisata di air terjun Sikarim, kawasan dataran tinggi Dieng, Desa Sembungan, Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah, Rabu (11/1/2023).
Penulis: Lavinda
7/7/2023, 09.52 WIB

Sejumlah wilayah di Indonesia mengalami cuaca dingin dalam beberapa waktu belakangan. Beredar pesan di media sosial bahwa kondisi itu terjadi karena fenomena alam berupa periode revolusi atau Aphelion. 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mengonfirmasi cuaca dingin yang berlangsung saat ini sama sekali tidak terkait dengan fenomena Aphelion.

Saat periode revolusi atau Aphelion terjadi, jarak bumi dengan matahari berada dalam titik terjauh. Ketika berada di titik Aphelion, cuaca di bumi akan cenderung lebih dingin dibanding periode lainnya.

Meski fenomena Aphelion ini biasanya terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli, tetapi kondisi cuaca dingin yang terjadi di wilayah Indonesia saat ini tidak terkait dengan fenomena Aphelion.

"Saat Aphelion, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi. Kendati begitu, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer atau cuaca di permukaan bumi," ujar Biro Hukum dan Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat BMKG dalam keterangan tertulis, Jumat (7/7).

BMKG menjelaskan fenomena suhu udara dingin merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli - September. Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur berada pada musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur-tenggara yang berasal dari Benua Australia.

Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

Angin ini bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin. Hal ini mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa terasa juga lebih dingin, yakni Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar. Hal itu kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. Ini yang membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari.

Fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es yang dikira salju oleh sebagian orang.