Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo menyampaikan bahwa pengerjaan proyek Hot Backup Satellite dalam status dihentikan. Satelit ini dibuat oleh Boeing, serta melibatkan SpaceX milik Elon Musk, dan Hughes Network System.
HBS adalah satelit cadangan dari Satria 1 dan Satria 2. Tujuan pembuatannya yakni sebagai alternatif jika terjadi sesuatu pada Satelit Satria-1 yang meluncur pada 19 Juni. Sebab, peluncuran Satelit Satria 1 sangat berisiko, seperti jatuh.
Namun kini Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi menyampaikan bahwa pengerjaan proyek satelit HBS dihentikan. Keputusan ini diambil oleh Satuan Tugas atau Satgas BAKTI Kominfo.
"Dideterminasi ya dihentikan. Jadi, tim Satgas BAKTI Kominfo menilai ini perlu dihentikan," kata Budi di Kementerian Kominfo, Jakarta, Jumat (20/10).
Awalnya satelit HBS dijadwalkan meluncur ke angkasa dan mengisi slot orbit 113 Bujur Timur pada akhir tahun ini. Proyek ini disiapkan sejak 2021 dengan mitra Konsorsium Nusantara Jaya sebagai penanggung jawab.
Dalam praktiknya, perusahaan asal Amerika Serikat yaitu Boeing dipercayakan untuk melakukan proses pembuatan satelit. Sementara SpaceX dipercaya untuk menangani peluncuran dengan menggunakan roket Falcon 9.
Satelit HBS seharusnya memiliki kapasitas 80 Gbps. Dalam rencana pembangunannya, HBS bakal memiliki tujuh stasiun bumi yang tersebar di Indonesia yakni Banda Aceh, Bengkulu, Cikarang, Gresik, Banjarmasin, Tarakan, dan Kupang.
Jaringan internet yang dihasilkan oleh satelit HBS diproyeksikan dapat dirasakan oleh 3700 layanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, 3000 pos layanan keamanan TNI dan Polri untuk mendukung administrasi hingga 47.900 kantor pemerintah di tingkat desa, kelurahan, serta kecamatan.
Proyek satelit HBS diperkirakan menghabiskan biaya Rp 5,2 triliun.
Berdasarkan laporan Antara pada Selasa (17/10), Satgas BAKTI Kominfo justru disebut tengah menegosiasikan ulang pengerjaan satelit HBS dengan Konsorsium Nusantara Jaya. Namun kini Satgas memutuskan untuk menyetop pembuatan infrastruktur ini.