Satelit internet Indonesia yakni Satria-1 resmi mengorbit setelah empat bulan diluncurkan dari Amerika Serikat atau AS. Infrastruktur ini tercatat tengah mengorbit di atas Papua.
“Sudah mengorbit. Mulai beroperasi Desember,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo atau Komunikasi dan Informatika Usman Kansong dikutip dari Antara, Selasa malam (31/10).
Satelit internet Satria-1 merupakan bagian dari program Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi atau BAKTI Kementerian Kominfo. Ini merupakan satelit dengan teknologi mutakhir Very High-Throughput Satellite alias VHTS pertama di Indonesia dengan total kapasitas 150 Gbps.
Infrastruktur tersebut akan digunakan untuk melayani 37 ribu fasilitas publik.
Satelit internet itu berhasil memasuki orbit Geostasioner dan mengorbit di 146° Bujur Timur atau berada tepat di atas Pulau Papua dengan ketinggian lebih dari 36 ribu kilometer atau km di atas permukaan bumi.
Direktur Utama Pasifik Satelit Nusantara atau PSN Adi Rahman Adiwoso menyatakan, satelit Satria-1 berhasil melalui proses Electrical Orbit Raising (EOR) yakni satelit melakukan pergerakan secara berkala menggunakan sistem pendorong untuk menuju ke orbit yang ditentukan.
“Satria-1 merupakan sejarah besar bagi Indonesia. Oleh karena itu, kami sangat bersyukur Satria-1 sukses sampai di orbit 146° Bujur Timur setelah diluncurkan pada 18 Juni dan berhasil melakukan EOR menuju posisi orbit,” kata Adi dalam keterangan pers, Selasa (31/10).
Ia menambahkan, pengembangan ketiga antena satelit sebagai salah satu tahapan kritis telah dilalui.
Uji coba komunikasi alias communication payload akan segera dimulai dan ditargetkan selesai akhir November. Kemudian dilanjutkan dengan uji coba secara keseluruhan, untuk dapat beroperasi penuh pada Desember.
“Ini milestone penting bagi Indonesia karena jaringan Satria-1 bisa segera menghadirkan koneksi internet yang menjangkau seluruh Nusantara," ujar Adi.
Direktur Operasional PSN sekaligus Wakil Project Director SNT Heru Dwikartono menambahkan satelit Satria 1 saat ini menjalani tahapan pra-operasional, yang secara intensif akan masuk pada sesi integrasi serta pengujian segmen satelit dan segmen ruas bumi.
“Pada segmen satelit, SNT harus memastikan terlebih dahulu hasil pengetesan akhir untuk menyatakan bahwa satelit berada dalam kondisi nominal setelah fase orbit raising,” kata Heru.
Setelah memasuki fase Final Insertion dan Electrical Station Keeping atau ESK pertama, satelit akan menjalani tahapan In-Orbit Testing alias IOT pada 6 November. Ini bertujuan memeriksa performa satelit, terutama untuk subsistem payload.
“Setelah berakhirnya IOT, SNT akan menjalani proses integrasi dengan sistem ground dan menguji coba End-to-End agar siap beroperasi,” Heru menambahkan.
PSN Group melalui SNT menyiapkan 11 stasiun bumi yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mendukung satelit Satria-1. Seluruh pengujian pada infrastruktur pendukung ruas bumi penting untuk memastikan beroperasinya stasiun bumi dengan baik dan terhubung dengan satelit.
Seluruh rangkaian pengujian terkait infrastruktur pendukung ruas bumi telah dilalui dengan hasil baik dan siap untuk mendukung beroperasinya satelit Satria-1.
Sebanyak 11 stasiun bumi difungsikan untuk memantau sekaligus mengontrol satelit. Stasiun pusat kontrol utama berada di Cikarang, Jawa Barat. Ini sekaligus menjadi pusat operasi jaringan alias Network Operation Center.
Stasiun kontrol satelit cadangan atau Back-Up Satellite Control Center berada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Sementara itu, stasiun bumi lainnya akan difungsikan sebagai gateway, yakni di Batam, Pontianak, Tarakan, Manado, Kupang, Ambon, Manokwari, Timika, dan Jayapura.