Tanda-tanda Amerika, Rusia, Cina Segera Mulai Perang di Luar Angkasa

AFP/NPR
Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden bertemu sehari sebelum kTT G20 di Bali, Senin (14/11).
Penulis: Desy Setyowati
22/2/2024, 13.13 WIB

Sumber di internal pemerintahan Amerika Serikat mengatakan Rusia sedang mengembangkan senjata nuklir anti-satelit berbasis luar angkasa. Amerika juga mewaspadai kecanggihan satelit Cina yang membuat pesawat militer tidak bisa bersembunyi.

“Amerika Serikat yakin, Rusia sedang mengembangkan senjata nuklir anti-satelit berbasis ruang angkasa yang ledakannya dapat mengganggu segala hal mulai dari komunikasi militer hingga layanan transportasi berbasis telepon,” kata sumber dikutip dari Reuters, Rabu (21/2).

Sumber mengatakan sistem tersebut akan menggunakan alat peledak nuklir yang ditempatkan di orbit.

Isu mengenai kemungkinan Rusia membangun senjata anti-satelit di luar angkasa muncul setelah ketua komite intelijen parlemen Amerika Partai Republik pada 14 Februari mengeluarkan pernyataan samar yang memperingatkan adanya ‘ancaman keamanan nasional yang serius’.

Tanda paling jelas dari publik bahwa Amerika menganggap Rusia sedang mengembangkan senjata nuklir anti-satelit berbasis luar angkasa adalah komentar juru bicara Gedung Putih pada Kamis.

“Amerika Serikat yakin sistem yang sedang dikembangkan oleh Rusia akan melanggar Perjanjian Luar Angkasa,” kata juru bicara Gedung Putih.

Perjanjian pada 1967 itu melarang negara-negara yang menandatangani, termasuk Rusia dan Amerika Serikat, untuk menempatkan objek apapun yang membawa senjata nuklir atau jenis senjata pemusnah massal lainnya di orbit sekitar bumi.

The New York Times melaporkan pada Sabtu, dalam beberapa minggu terakhir telah beredar peringatan dari agen mata-mata Amerika bahwa Rusia mungkin merencanakan peluncuran satelit militer rahasia baru. Pertanyaan kuncinya yakni apakah Rusia akan menggunakannya untuk meluncurkan senjata nuklir ke luar angkasa.

Bloomberg pada Selasa melaporkan Rusia mungkin mengerahkan senjata nuklir atau hulu ledak tiruan ke luar angkasa pada awal tahun ini. Sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan, Amerika yakin Rusia tidak berencana meledakkan perangkat tersebut, namun ada risiko ledakan yang tidak disengaja akan melumpuhkan sejumlah satelit.

Akan tetapi, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia menentang senjata nuklir di luar angkasa. Moskow pun dengan tegas membantah pernyataan AS tentang peluncuran senjata nuklir ke luar angkasa.

Amerika Waspadai Kecanggihan Satelit Cina

Angkatan Luar Angkasa Amerika juga terus menyatakan keprihatinannya terhadap kemajuan kemampuan satelit Cina. Utamanya, terkait penempatan satelit pencitraan Tiongkok di orbit geostasioner.

Cina telah mengoperasikan satelit pencitraan optik di Geostationary Earth Orbit atau GEO selama hampir satu dekade. Namun, kemampuan satelit-satelit sebelumnya masih terbatas jika dibandingkan dengan satelit terbaru Tiongkok pada 2023.

Salah satu yang menarik perhatian Angkatan Luar Angkasa Amerika yakni satelit pencitraan optik canggih buatan Cina yang diluncurkan pada Desember, Yaogan-41.

Resolusi satelit Yaogan-41 mencapai 2,5 meter, dengan tingkat ketelitian visual yang memungkinkan Cina mengenali kendaraan, pesawat terbang, dan kapal di wilayah yang luas.

Selain itu, Cina memiliki satelit pencitraan radar aperture sintetis atau SAR berbasis GEO, Ludi Tance-4. Satelit yang dapat melihat di balik awan dan kegelapan.

Jika Ludi Tance-4 digabungkan dengan resolusi optik Yaogan-41, Cina berpotensi memiliki pengawasan visual dan radar yang gigih di wilayah-wilayah penting yang strategis seperti Indo-Pasifik.

Hal itu membuat pejabat Amerika khawatir. Spesialis intelijen di Komando Sistem Luar Angkasa Chief Master Sgt. Ronald Lerch mengatakan, satelit-satelit baru itu membuat kemampuan intelijen berbasis luar angkasa Cina ke tingkat yang lebih baik.

Lerch mengatakan, militer AS memandang Yaogan-41 dan Ludi Tance-4 sebagai lompatan kualitatif dalam kemampuan pelacakan dan penargetan.

Mantan pejabat intelijen AS dan sekarang menjadi peneliti senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional Clayton Swope memperkirakan, Yaogan-41 memungkinkan pengawasan berkelanjutan terhadap Samudra Pasifik dan Hindia, Taiwan, dan daratan Cina.

“Dipasangkan dengan data dari satelit pengawasan Cina lainnya, Yaogan-41 dapat memberi Beijing kemampuan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengidentifikasi dan melacak objek seukuran mobil di seluruh kawasan Indo-Pasifik dan membahayakan banyak aset angkatan laut dan udara AS dan sekutu yang beroperasi di wilayah tersebut,” kata Swope dikutip dari Space News.

Meskipun sebagian besar satelit penginderaan jauh beroperasi di orbit rendah Bumi atau Low Earth Orbit (LEO) untuk mendapatkan akses yang lebih murah dan resolusi yang lebih baik, perlu dicatat bahwa Cina memilih untuk berinvestasi pada GEO yang jauh lebih mahal yang ditempatkan 22.000 mil di atas Bumi.

Menurut Swope, akan sulit mengidentifikasi secara tepat objek-objek kecil dari orbit GEO yang tinggi. Namun jika ada objek tertentu yang menarik, Cina dapat menugaskan satelit yang terbang lebih rendah untuk melihat lebih dekat.

“Potensi masalah bagi militer AS adalah sensor optik seperti Yaogan-41, dalam kondisi tertentu, dapat mendeteksi pesawat siluman yang dirancang agar tidak terdeteksi radar. Jika tidak ada awan, Anda bisa melihat pesawat dengan kemampuan optik,” kata Swope.

Pemerintah Cina mengatakan satelit SAR sebagian besar dirancang untuk penggunaan sipil. Namun, militer AS meragukan klaim tersebut, mengingat kurangnya transparansi seputar aktivitas luar angkasa Tiongkok.

“Ke depan, Pentagon harus mempertimbangkan bahwa Cina mungkin dapat mendeteksi dan melacak pesawat,” kata Swope. “Bahkan yang dirancang untuk menghindari radar.”

Awan mengaburkan sensor ruang angkasa optik, sehingga algoritme AI bisa membuat kesalahan. “Namun kemajuan tanpa henti Cina dapat segera menciptakan kawasan Indo-Pasifik di mana tidak ada tempat untuk bersembunyi,” kata Swope.

Oleh karena itu, ia tidak mengherankan jika pedoman baru Angkatan Darat AS mengenai operasi luar angkasa yang dirilis pada 8 Januari mengakui kemungkinan bahwa pasukan Amerika dan sekutunya akan beroperasi di bawah pengawasan terus-menerus.

Swope memandang memo Angkatan Darat Amerika sebagai hal yang penting, karena menandakan kesadaran yang lebih luas tentang peran luar angkasa dalam semua aspek peperangan.

Meskipun tidak mungkin untuk menyembunyikan aktivitas sepenuhnya dari pengamatan satelit, pasukan AS di lapangan mungkin harus merancang teknik untuk membuat lawan bingung.

Berdasarkan preseden sejarah seperti rencana penipuan D-Day Sekutu selama Perang Dunia II, militer AS dapat menggunakan umpan dan pengalihan perhatian untuk mempersulit interpretasi data satelit dan membedakan aktivitas asli dan aktivitas penipuan, kata Swope.

Para kritikus mungkin menganggap peringatan Angkatan Luar Angkasa mengenai kemajuan Cina di bidang luar angkasa sebagai hal yang mengkhawatirkan. “Namun penting bagi Angkatan Luar Angkasa untuk terus membicarakan hal ini, karena semua cabang angkatan bersenjata akan terkena dampak oleh apa yang terjadi di luar angkasa,” kata Swope.

“Sangat mudah bagi komunitas luar angkasa untuk berbicara satu sama lain,” Swope menambahkan.

Namun pembicaraan itu perlu diperluas ke seluruh Pentagon dan angkatan bersenjata untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi era dominasi luar angkasa berkorelasi dengan superioritas militer.