Starlink milik Elon Musk disebut berencana masuk ke pasar IKN atau Ibu Kota Negara. Apakah perusahaan internet berbasis satelit ini akan menjadi pesaing atau mitra Telkom?
Anak usaha Space X itu sudah beroperasi di Indonesia lewat kerja sama dengan Telkom, melalui Telkomsat.
Otorita IKN mengatakan Starlink menyatakan minat untuk berinvestasi di IKN. Sementara itu, Telkom akan membangun Telkom Smart Office di lahan seluas 0,53 hektare di wilayah IKN. Ini merupakan hasil kerja sama Telkom dengan Otorita IKN.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Usman Kansong mengatakan, Starlink belum mengajukan izin usaha di Indonesia, termasuk untuk beroperasi di IKN.
"Belum ada," kata Usman kepada media di Kantor Kominfo, Jumat (1/3).
Usman menjelaskan, Starlink memang telah datang ke Indonesia tahun lalu untuk menjajaki persyaratan beroperasi. Namun, perusahaan milik Elon Musk ini belum mengurus izin usaha di Indonesia.
"Baru datang Oktober atau November tahun lalu. Masih penjajakan. Kami sampaikan aturannya, sampai sekarang belum kembali lagi," Usman menambahkan.
Ia menyebutkan ada tiga cara bagi Starlink untuk dapat beroperasi di Indonesia, yakni:
- Membuat perusahaan baru dengan badan hukum Indonesia, misalnya Starlink Indonesia
- Mengakuisisi perusahaan Indonesia
- Bekerjasama dengan perusahaan yang berbadan hukum Indonesia
Menurut Usman, Starlink bisa beroperasi di Indonesia termasuk IKN melalui kerja sama dengan Telkomsat, seperti yang sudah dilakukan selama ini.
Ia menegaskan bahwa Internet di IKN saat ini baru disediakan oleh Telkom dengan menggunakan sistem jaringan fiber optik.
Selain itu, Telkom baru meluncurkan satelit Merah Putih 2 bulan lalu. Satelit ini akan berada di atas pulau Kalimantan.
Satelit Merah Putih 2 merupakan satelit ke-11 sekaligus pertama milik Telkom Group yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite alias HTS yang juga dikenal dengan broadband satelit.
Satelit itu diluncurkan dengan roket Falcon 9 milik SpaceX milik Elon Musk, dan akan menempati slot orbit 113 derajat Bujur Timur.
Satelit Merah Putih 2 memiliki kapasitas hingga 32 Gbps. Satelit ini membawa transponder aktif frekuensi C-band dan Ku-band yang akan menjangkau seluruh area Indonesia.
Sebagai negara di kawasan khatulistiwa yang memiliki curah hujan tinggi, satelit itu diharapkan dapat menjadi satelit HTS paling andal di Indonesia dengan dukungan kombinasi kedua frekuensi.
Frekuensi C-Band adalah frekuensi yang memiliki performa paling baik terhadap curah hujan.
Satelit Merah Putih 2 direncanakan siap beroperasi pada April. Satelit ini akan dimanfaatkan untuk membantu pemerataan digital di Indonesia melalui penyediaan layanan backhaul berbasis satelit, mengembangkan bisnis maritim di Indonesia, dan mendukung kedaulatan data dengan mengurangi ketergantungan kapasitas satelit asing.