Pemerintah didorong untuk mengembangkan teknologi cip dan teknologi artificial intelligent (AI) dalam negeri. Penguasaan teknologi canggih ini merupakan kunci buat mencapai Indonesia Emas pada 2045 menjadi negara maju.
Pengembangan teknologi cip saat ini dipimpin oleh beberapa negara seperti Amerika hingga Cina. Sedangkan negara seperti Indonesia masih menjadi konsumen pengguna teknologi tersebut.
President Director Bersama Digital Data Centre (BDDC) Angelo Syailendra mengatakan investasi cip bukan lagi berada di level perusahaan namun negara. Ia mencontohkan negara tetangga seperti Singapura, Uni Emirat Arab, India, dan Taiwan yang sudah berinvestasi pada teknologi cip canggih, seperti cip Nvidia H100.
“Isu sekarang itu, mendapatkan cip Nvidia H100 itu sudah kayak beli emas. Pada dasarnya tidak ada yang bisa mendapatkannya kecuali perusahaan teknologi,” kata Angelo dalam acara Indonesia Data and Economic (IDE) Conference Katadata 2024: Leadership Roundtable Forum, di Jakarta, Selasa (5/3).
Ia juga mengutip CEO Nvidia Jensen Huang yang menyatakan bahwa setiap negara harus membuat dan memiliki large language model (LLM) atau teknologi otomatisasi sendiri. “In order to be competitive, langkah pertama tiru saja negara lain, we need to start buying that and then train it,” kata Angelo.
Pada sisi sumber daya manusia, menurutnya, jika negara tidak mendorong pengembangan teknologi tersebut, akan sulit untuk menarik talenta lokal dan global untuk memulai.
Adapun, inovasi teknologi seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) semakin masif diadopsi dan membutuhkan infrastruktur yang memadai.
Angelo sebagai pelaku usaha di bidang data center, mengatakan teknologi AI membutuhkan ekosistem infrastruktur yang cukup rumit. “Menulis lima kata perintah di ChatGPT, data center membutuhkan 0,5 liter air,” ujar dia.
Meski begitu, ia menyatakan 100 persen yakin bahwa pengadopsian ini hanya soal waktu. “Kita sudah lihat dalam dunia storage yakni cloud. Sekarang, kita bakal lihat dalam dunia compute yakni AI, dan kita baru ditahun pertama,” kata dia.
Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Mira Tayyiba mengatakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) membutuhkan ekosistem yang cukup sulit seperti infrastruktur mulai dari cip hingga daya listrik.
“Kita tahu untuk mencapai Indonesia emas 2045, digital adalah drivernya, dalam hal ini AI menjadi salah satu pendorongnya,” ujar dia.
Ia mengatakan, kabinet atau pemerintahan baru diharapkan dapat mewujudkan ini, supaya cita-cita 2045 itu menjadi kenyataan bukan hanya mimpi.