Cina Buat AI Supermind, Disebut Rekrut 130 Juta Ilmuwan Militer Dunia
Cina mengembangkan platform kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) bernama Supermind. Teknologi ini disebut-sebut untuk menyaingi Open Source Intelligence atau OSINT milik Amerika Serikat.
AI Supermind didanai oleh pemerintah Cina dengan nilai investasi US$ 280 juta. Sebagian besar pembangunan dilakukan oleh pemerintah Shenzhen.
Cina juga sedang membangun pusat informasi dan intelijen di Shenzhen, rumah bagi perusahaan teknologi besar seperti Huawei, ZTE, dan Tencent.
AI Supermind akan menawarkan kepada pengguna 300 juta makalah penelitian sains dan teknologi global, serta 120 juta paten. Selain itu, memiliki kemampuan menemukan 130 juta ilmuwan global untuk meneliti karya yang dibuat oleh AI ini.
Newsweek melaporkan AI Supermind akan terus diperbarui. Selain itu, bakal diperluas cakupan jaringannya hingga Hong Kong dan Makau.
“AI Supermind dikaitkan dengan beberapa organisasi intelijen keamanan di Cina, termasuk Laboratorium Utama Teknologi Baru Intelijen Keamanan di Provinsi Guangdong,” demikian isi laporan Newsweek, dikutip dari Asia Times, Selasa (5/3).
Platform AI tersebut juga dikabarkan terhubung dengan organisasi keamanan data Cina seperti pengembang AI Pengcheng Laboratory, China National Gene Bank, dan perusahaan genomik BGI.
Penggunaan AI Supermind untuk keperluan intelijen basis data Cina dikaitkan dengan informasi yang berguna bagi negara, termasuk yang bersifat rahasia dan terbuka.
AI Supermind dikabarkan dapat mengidentifikasi dan merekrut personel terampil di bidang militer yang sensitif, dengan berfokus pada ilmuwan Cina yang bekerja untuk institusi Amerika.
AS Membuat OSINT
Amerika mengembangkan platform sejenis yakni OSINT pada awal 2023. Platform AI ini bertujuan membantu Departemen Pertahanan AS atau DOD dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi mengenai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi milik pesaing dan negara lain.
DOD dilaporkan sedang mencari prototipe OSINT, yang dikembangkan di AS dengan alat ilmu data dan mesin pembelajaran alias machine learning untuk mengumpulkan informasi tentang inisiatif teknologi dari musuh potensial.
Prototipe itu akan mengumpulkan insights dari informasi yang tersedia secara umum dan komersial untuk memahami secara komprehensif investasi dan kegiatan pembangunan negara-negara pesaing di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
DOD secara khusus tertarik pada bidang teknologi seperti AI, komputasi kuantum, semikonduktor, bioteknologi, dan komputasi kinerja tinggi.
Platform OSINT akan mampu mengidentifikasi tren sains dan teknologi baru di setiap bidang minat dengan menganalisis data sumber terbuka dan mengenali pola unik yang ditentukan oleh pengguna.
Selain itu, bisa menggambarkan individu, organisasi, dan jaringan yang terlibat dalam tren tersebut.
Dugaan Strategi Sebar Ilmuwan Cina
Berdasarkan laporan Asia Times pada September 2022, Cina menggunakan keahlian dan sumber daya Amerika untuk memajukan kepentingan militer dan strategis. Laporan ‘Los Alamos Club’ mengungkapkan bagaimana Tiongkok memberikan insentif kepada para ilmuwan untuk menjelajah ke luar negeri, memperdalam keahlian, dan kembali ke negara untuk melaksanakan proyek-proyek militer dan strategis.
Laporan tersebut mengklaim bahwa para ilmuwan Cina yang berpartisipasi dalam penelitian sensitif yang didanai pemerintah AS, membantu kemajuan pesat Tiongkok baru-baru ini dalam berbagai teknologi militer penting.
‘Los Alamos Club’ juga mengklaim, Cina menerapkan ‘Strategi Kekuatan Super Bakat’ untuk memberi insentif kepada akademisi, peneliti, dan ilmuwan guna memajukan kepentingannya sebagai bagian dari Thousand Talents Program (TTP).
Laporan tersebut menuduh Cina menerapkan strategi sumber daya manusia itu di Laboratorium Nasional Los Alamos AS, fasilitas penelitian terkemuka Departemen Energi AS atau DOE untuk merancang hulu ledak nuklir.
Laporan ‘Los Alamos Club’ menyoroti strategi rekrutmen ilmuwan Cina, yang memungkinkan transfer teknologi sensitif kembali ke Tiongkok. Laporan ini juga mengutip contoh-contoh di mana para peneliti Beijing menggandakan teknologi Negeri Tirai Bambu.
Pada 2018, pemerintahan Presiden AS Trump memprakarsai Inisiatif Tiongkok untuk mengatasi spionase dalam penelitian dan industri AS. DOE mengeluarkan pedoman pada 2019 yang melarang kontraktor dan karyawan berpartisipasi dalam program perekrutan talenta asing.
Pemerintah AS mengadili ilmuwan Cina dan AS yang dinyatakan bersalah karena berkonspirasi mencuri rahasia dagang, membuat pernyataan palsu, melakukan pelanggaran pajak, serta memiliki hubungan yang dirahasiakan dengan TTP dan universitas-universitas Cina.
Namun, Inisiatif Tiongkok dikritik karena lensa kriminal dan memicu ketakutan akan profil rasial, kejahatan rasial, pengawasan pemerintah, kesulitan karier profesional, dan rasisme. Departemen Kehakiman AS atau DOJ pun menyetop kebijakan ini pada Februari 2022.