Raksasa teknologi asal Taiwan Foxconn tak kunjung membangun pabrik di Indonesia sejak mengumumkan rencana pada 2012. Produsen perangkat iPhone ini lebih dulu membuat fasilitas manufaktur di Vietnam dan Malaysia.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia berencana menyambangi markas Foxconn di Taiwan dalam waktu dekat. Kunjungan bertujuan mempercepat realisasi produsen gawai terbesar dunia ini di Indonesia.
Foxconn berminat untuk berinvestasi terkait fasilitas produksi perangkat elektronik di Indonesia sejak 2012. Saat itu, perusahaan berharap mendapatkan pangsa pasar domestik di Indonesia dan menggunakannya sebagai basis ekspor ke seluruh Asia Tenggara.
Raksasa teknologi ini kemudian ditargetkan merealisasikan investasi pada 2022, namun terkait ekosistem kendaraan listrik. Wacana ini kemudian mundur menjadi akhir tahun lalu. Akan tetapi, Foxconn belum juga membangun pabrik di Indonesia.
"Untuk urusan realisasi investasi Foxconn ini butuh usaha luar biasa sekali. Masih ada satu sampai dua bagian yang harus saya cocokkan dengan apa yang mereka ajukan," kata Bahlil di kantornya, Jakarta, dua pekan lalu (29/4).
Ia menjelaskan bahwa Pemerintah mengincar investasi Foxconn, karena raksasa teknologi ini berkontribusi 10% - 15% terhadap nilai ekspor di Cina. “Kalau Foxconn masuk ke Indonesia, top itu," katanya.
Bahlil tidak memerinci kendala Foxconn dalam merealisasikan investasi di Indonesia.
Pada 2015, Ketua Kadin atau Kamar Dagang dan Industri saat itu, Suryo Bambang Sulisto menyampaikan bahwa pemasok Apple Inc itu membatalkan rencana investasi karena masalah lahan yang tidak jelas.
Direktur Jenderal untuk Industri Logam, Mesin, Peralatan Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian atau Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan menyangkal laporan tersebut.
Sementara itu, Foxconn menolak berkomentar. "Foxconn akan mempertimbangkan investasi di Indonesia atau pasar lain hanya jika secara komersial masuk akal,” kata perusahaan dikutip dari laman resmi Kominfo alias Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2015.
"Kami akan mencari peluang investasi di Indonesia seperti yang kami lakukan di sejumlah pasar lain. Kami akan memberikan kabar terbaru hanya jika perusahaan memiliki sesuatu diumumkan terkait rencana-rencana investasi,” Foxconn menambahkan.
Investasi Foxconn di Vietnam
Foxconn terdaftar di bursa saham dengan nama Hon Hai Precision Industry Co., Ltd. Produsen perangkat elektronik itu membangun pabrik di Vietnam US$ 26 juta sejak 2019 dan mulai berproduksi pada akhir 2020.
Pada Juli 2023, perusahaan itu dilaporkan akan menginvestasikan hampir US$ 250 juta di Vietnam utara untuk membangun dua pabrik baru. Salah satu fasilitas diperkirakan berupa pabrik yang membuat komponen kendaraan listrik.
Asia Nikkei Review mengatakan, investasi tersebut bertujuan membatasi ketergantungan Foxconn pada perakitan iPhone. Fasilitas ini diperkirakan mempekerjakan sekitar 1.200 orang, diproyeksikan selesai pada Januari 2025.
Pabrik lainnya US$ 46 juta akan dibangun untuk membuat komponen telekomunikasi. Pabrik INI akan selesai pada Oktober 2024 dan mempekerjakan 700 orang.
“Pabrik-pabrik tersebut bakal dibangun di kawasan industri yang terletak di provinsi Quảng Ninh,” kata pejabat setempat dikutip dari Asia Nikkei Review, pada Juli 2023. Letak provinsi ini lebih dari 80 mil dari ibu kota negara, Hanoi.
“Setelah 16 tahun melakukan pengembangan dan investasi di Vietnam, kami memilih (untuk berinvestasi di) Quảng Ninh,” kata petinggi di bidang operasional di Foxconn di Vietnam Chau Nghia Van saat upacara penyerahan sertifikat pendaftaran investasi.
Foxconn juga berencana membangun pabrik lain di provinsi Nghệ An, Vietnam tengah, menurut laporan media lokal.
Asia Nikkei Review menyampaikan, Foxconn juga mulai memproduksi baterai kendaraan listrik di Wisconsin dan Ohio tahun lalu.
Investasi Foxconn di Malaysia
Foxconn mengumumkan akan membuat pabrik semikonduktor 12 inci pertama di Malaysia pada Mei 2022. Cip akan digunakan untuk kendaraan listrik.
Anak ushaa Foxconn yakni Big Innovation Holdings Ltd (BIH) membuat perusahaan patungan atau joint venture dengan Dagang NeXchange Berhad (DNex) Malaysia untuk membuat pabrik cip tersebut.
Kolaborasi itu disebut menghasilkan pabrik manufaktur cip 12 inci yang mampu memproduksi hingga 40 ribu wafer per bulan dalam teknologi 28 nanometer dan 40 nanometer.
Cip dengan teknologi 28nm dan 40nm adalah teknologi produksi cip yang paling banyak digunakan untuk mikrokontroler, sensor, sirkuit terintegrasi driver, dan cip terkait konektivitas, termasuk Wifi dan Bluetooth.
Pada Februari 2023, Foxconn juga mengumumkan rencana pembangunan fasilitas cip di India, bekerja sama dengan konglomerat sumber daya alam lokal Vedanta. Di Thailand, perusahaan juga berkolaborasi dengan konglomerat energi Thailand PTT Group (PTT) untuk mulai memproduksi kendaraan listrik secara massal pada 2024.