Microsoft berencana merelokasi atau memindahkan 800 karyawan yang berbasis di Cina ke luar negeri. Permintaan ini akibat dari ketegangan Cina - Amerika Serikat di tengah-tengah persaingan memproduksi teknologi canggih.
Berdasarkan laporan Wall Street Journal, Microsoft menawarkan relokasi kepada karyawan yang terlibat dalam pembelajaran mesin dan komputasi awan.
“Memberikan kesempatan internal merupakan bagian rutin dalam mengelola bisnis global kami. Sebagai bagian dari proses ini, kami memberikan kesempatan transfer internal opsional kepada sebagian karyawan,” kata juru bicara Microsoft dalam sebuah pernyataan melalui email, tanpa menyebutkan jumlah karyawan yang dikirimi permintaan tersebut, dikutip dari Reuters, Jumat (17/5).
Juru bicara Microsoft menyampaikan perusahaan tetap berkomitmen pada Cina dan akan terus beroperasi di sana dan pasar-pasar lainnya.
Berdasarkan informasi Reuters, Microsoft memberikan tawaran kepada para karyawan yang sebagian besar insinyur berkebangsaan Cina, untuk pindah ke AS, Irlandia, Australia, dan Selandia Baru. Tawaran tersebut mulai awal pekan ini.
Pemerintah Washington memang berusaha membatasi akses Beijing ke cip canggih yang digunakan dalam aplikasi AI. Alasannya, cip tersebut dapat digunakan untuk memperkuat militer negeri tirai bambu tersebut.
Beberapa hari lalu, pemerintahan Presiden AS Joe Biden menaikkan tarif pada berbagai impor Cina, termasuk baterai kendaraan listrik, cip komputer, dan produk medis.
Ketegangan ini pun dinilai telah memberikan tekanan pada perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di China.
Pembuat Windows ini adalah salah satu perusahaan AS yang memiliki kehadiran terbesar di Cina. Microsoft memasuki pasar Cina pada tahun 1992 dan mengoperasikan sebuah pusat penelitian dan pengembangan besar di negara ini.