Liputan Khusus | Katadata SAFE 2024

Malaysia menargetkan pembangunan pusat data alias data center total 1.600 megawatt atau MW dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Jumlahnya 5,3 kali lipat dibandingkan Indonesia yang diperkirakan 300 MW saat ini dan 1.000 MW dalam empat tahun berikutnya.

Perusahaan global Vantage Data Centers mengumumkan telah memulai pembangunan data center kampus Cyberjaya kedua di Malaysia pada Selasa (6/8). Pusat data ini terletak di lahan seluas 35 hektare, yang berdekatan dengan kampus Vantage yang sudah ada yakni KUL 1.

Data center kedua atau KUL2 itu akan menyediakan kapasitas teknologi informasi 256 MW untuk mendukung adopsi komputasi awan alias cloud dan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).

“Malaysia melakukan signing agreement membangun satu data center 256 MW. Saya kaget karena Indonesia, secara satu negara, yang available sekarang mungkin 200 atau 300 MW,'' kata Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir dalam acara Katadata SAFE 2024, Kamis (8/8). 

Ia prihatin dengan masifnya pembangunan data center di Malaysia ketimbang Indonesia yang diperkirakan hanya 1.000 MW dalam empat tahun ke depan. Padahal pusat data sangat krusial dalam perlombaan global untuk memajukan teknologi AI.

“Pertumbuhan adopsi AI sangat penting dan besar. Bisa dibilang AI ini, menurut saya akan lebih penting ketimbang internet itu sendiri,” kata Pandu.

Masyarakat Indonesia sudah menggunakan AI seperti ChatGPT. Akan tetapi, butuh infrastruktur memadai guna mempercepat adopsi teknologi kecerdasan buatan.

Kapasitas data center yang besar akan menurunkan biaya pemrosesan data, sehingga mempercepat adopsi AI di berbagai sektor, termasuk pendidikan dan kesehatan. Pada akhirnya, diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Pandu Sjahrir menjelaskan bahwa data center memerlukan penggunaan energi yang sangat besar. Di satu sisi, keberlanjutan sumber energi lewat energi terbarukan menjadi prioritas utama.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail