Dengan tampil kasual memakai jaket kulit, Jensen Huang tampak antusias ketika berjalan melihat pameran teknologi kecerdasan buatan (AI) pada Indonesia AI Day di Jakarta, Kamis (14/11).
CEO dan Founder NVIDIA itu mampu membetot perhatian pengunjung pada ajang yang digelar oleh Indosat Ooredoo Hutchison tersebut.
Bak selebriti, Jensen Huang dikerumuni oleh masyarakat Indonesia yang penasaran dengan sosok berkekayaan US$128 miliar atau lebih dari Rp2.034 triliun ini. Sebagian orang juga tak segan untuk meminta swafoto dengan orang terkaya ke-11 di dunia versi Bloomberg Billionaires Index ini.
Akan tetapi, Jensen tampak sebagai sosok yang supel dan bersahaja. Ia tak malu untuk menerima ajakan swafoto dari pengunjung. Atau, memberikan tanda tangan kepada seseorang yang memintanya.
Pantauan Katadata, pria berusia 61 ini sempat pula mengajak swafoto Vikram Sinha, President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) di depan booth Otten Coffee yang memamerkan “robot” barista.
Laman BBC melansir, meskipun bukan seorang selebriti, Jensen Huang tengah mendapat ketenaran. Saat ia mengunjungi Taiwan, negara asalnya, untuk menghadiri konferensi teknologi Computex, namanya pun dielu-elukan oleh para peserta.
Apalagi, NVIDIA, perusahan yang dirintis oleh Jensen, belum lama ini telah menyalip Apple sebagai perusahaan paling bernilai di dunia. Kesuksesan NVIDIA ini tak lepas dari dominasinya dalam produksi unit pemrosesan grafis (GPU) untuk platform AI yang tengah berkembang seperti ChatGPT.
Jensen mendorong Indonesia untuk mampu mengembangkan teknologi AI secara mandiri. Menurutnya, Indonesia memiliki populasi yang besar dan beragam, serta sumber daya alam yang melimpah.
“Sahabat-AI menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan AI,” katanya dalam sesi bertajuk Bridging Minds & Machines: AI, Human Connection, and Future Talent.
Sahabat-AI merupakan sebuah ekosistem model bahasa besar (large language model/LLM) berbahasa Indonesia dan daerah pertama di Indonesia. Platform tersebut dirintis oleh Indosat dan PT Goto Gojek Tokopedia Tbk.
Bagi Jensen, Sahabat-AI dapat menjadi sistem operasi terbuka bagi pengembangan AI di dalam negeri. Dia lantas berpendapat bahwa sistem tersebut nantinya dapat didesain untuk pemanfaatan nyata pada industri, termasuk sektor pertanian.
“Indonesia memiliki peluang untuk mencobanya sesuai dengan nilai dan budaya yang ada. Selama Indonesia memiliki kemauan untuk melakukannya, ini pasti akan menjadi hal yang luar biasa,” ujarnya.
Pada kesempatan terpisah, Vikram Sinha, President Director and CEO Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) menyatakan bahwa seperti halnya kekayaan alam Indonesia, data telah menjadi sumber data yang strategis.
Menurutnya, dengan semangat gotong royong, kolaborasi menjadi penting untuk membawa Indonesia menjadi negara yang berdaulat dalam urusan AI.
“Dalam era digital, kolaborasi dan kemitraan dapat mengantar kita ke tujuan yang lebih besar,” tuturnya dalam Welcoming Remarks: Reshaping Indonesia’s Future With Technology.
Melalui showcase yang dikemas dalam pameran di Indonesia AI Day 2024, Indosat mengajak kolaborasi berbagai stakeholder, terutama dalam menunjukkan kapabilitasnya dalam menggulirkan inovasi AI.
Nexmedis bisa jadi salah satu perusahaan yang menggunakan AI untuk membantu transformasi kesehatan. Perusahaan rintisan itu menawarkan layanan berbasis aplikasi yang membantu tenaga kesehatan dalam melihat berbagai kemungkinan diagnosis untuk gejala klinis pasien.
Selain itu, Nexmedis menawarkan optimalisasi sistem informasi klinik, serta sistem informasi farmasi ke fasilitas dan layanan kesehatan. Sejauh ini, Nexmedis telah bekerja sama dengan lebih dari 400 klinik dan rumah sakit di Indonesia.
Kepada Katadata, CEO dan Co-Founder Nexmedis, Yehuda Dani Utomo, menyatakan ajang Indonesia AI Day menjadi momentum untuk mendorong kolaborasi AI di berbagai sektor.
“Kami berharap untuk teman-teman ekosistem AI ataupun kesehatan bisa dapat lebih semangat lagi dalam membangun ekosistem AI. Kita tidak mungkin sendiri-sendiri, pasti semakin banyak yang bergabung, ekosistem itu semakin berkembang,” katanya.
Sebuah perusahaan teknologi AI lokal, Prosa.AI juga berpartisipasi dalam pameran yang sama. Prosa.AI menciptakan alat berbasis teks dan suara yang relevan untuk kebutuhan manajemen kerja di dalam sebuah organisasi maupun secara individual.
Sejumlah fitur yang mereka sediakan antara lain seperti meeting transcript yang memungkinkan rekaman rapat otomatis diubah menjadi teks, lengkap dengan identifikasi pembicara dan kata kunci penting.
Tidak berhenti sampai di situ, hasilnya dapat disimpan dalam repositori terpusat, sehingga mempermudah pengelolaan data rapat bagi perusahaan atau organisasi.
CEO Prosa.AI Teguh Eko mengatakan, ia sudah memulai pengembangan AI pada 2018, saat demam AI belum melanda Indonesia. Saat ini, mereka mulai berekspansi ke pasar luar negeri, termasuk bahasa Arab.
Teguh juga menyambut baik adanya kegiatan Indonesia AI Day 2024. Kegiatan itu menurutnya menandai kebangkitan AI serta bisa diartikan adanya dukungan dari pemerintah sekaligus berbagai perusahaan di sektor teknologi.
“Seperti yang Prof. Hammam juga katakan bahwa artinya kita harus bisa buat sendiri. Kita buktikan bahwa kita sudah mulai itu kita buat data sendiri,” kata Teguh.