DCI Indonesia Akan Bangun Pusat Data 9 MW di Surabaya

CEO DCI Indonesia Otto Toto Sugiri dalam acara IDE Katadata 2025
YouTube IDE Katadata
CEO DCI Indonesia Otto Toto Sugiri dalam acara IDE Katadata 2025
Penulis: Amelia Yesidora
18/2/2025, 13.15 WIB

DCI Indonesia akan membangun pusat data di Surabaya. Data center ini bakal memiliki kapasitas sembilan megawatt atau MW.

“Sekarang sedang piling (pemasangan tiang pancang). Target selesai akhir tahun ini atau awal tahun depan,” ujar CEO Data Center Indonesia Otto Toto Sugiri usai menghadiri acara IDE Katadata 2025 di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa (18/2).

Menurut Toto, kapasitas pusat data di Surabaya itu berpotensi bertambah, meski tidak dalam waktu dekat.

Pria yang dijuluki ‘Bill Gates Indonesia’ itu memperkirakan total investasi di pusat data Surabaya US$ 70 juta atau Rp 1,1 triliun (kurs Rp 16.268 per US$). Angka ini diperoleh dari harga investasi pusat data di Indonesia US$ 8 juta per MW.

Surabaya dipilih menjadi kota tempat pembangunan pusat data karena sudah banyak perusahaan cloud setempat ingin melayani langsung di sana. “Biar enggak bergantung di Jakarta,” ujar Toto.

Sebelumnya, Toto menyebut pihaknya tengah mengerjakan data center berkapasitas 36 Mega Watt di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat yang targetnya beroperasi Januari 2025. Ia juga menyasar pembangunan di Karawang pada tahun ini. Kendati demikian, ia masih belum menjelaskan bagaimana kelanjutan pusat data di dua kota ini.

Toto juga menilai saat ini Indonesia memiliki dua potensi untuk unggul di industri pusat data mulai dari melimpahnya energi terbarukan dan besarnya pangsa pasar ekonomi digital di Tanah Air.

“Posisi Indonesia di ASEAN itu sebetulnya punya peluang paling besar, karena ketersediaan energi terbarukan Indonesia terbesar,” kata Toto.

Lalu, pangsa pesar Indonesia dari sisi ekonomi digital dan data itu terbesar di Asia Tenggara. Ia mendata data yang dimiliki penduduk Indonesia itu lebih dari 40% data seluruh Asia Tenggara.

“Tidak ada yang bisa lawan di situ. Tapi seperti biasa, Indonesia terlambat bergerak,” katanya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Amelia Yesidora