Raksasa pengembang video gim, Ubisoft, menghadapi sejumlah krisis dalam industri. Perusahaan diprediksi menghadapi kebangkrutan di tahun ini, setelah mencatatkan penurunan tajam dalam kinerja keuangan sepanjang tahun fiskal 2024–2025.
Prediksi kebangkrutan ini muncul setelah pengembang gim Assassin Creed ini menghadapi sejumlah permasalahan yang kompleks, menyebabkan penurunan dalam bisnisnya.
Sebelumnya, saham Ubisoft merosot 18% pada pertengahan bulan Mei ini, setelah perusahaan video game Prancis melaporkan pendapatan setahun penuh yang tercatat lesu.
Ubisoft melaporkan penurunan 20,5% dalam pemesanan bersih untuk tahun fiskal yang berakhir pada 31 Maret 2025. Angka ini turun menjadi 1,85 miliar euro atau setara Rp 34,2 triliun (kurs Rp18.495 per EUR).
Penurunan ini terjadi meskipun perusahaan merilis gim unggulan terbarunya, Assassin's Creed: Shadows, pada Maret lalu setelah mengalami dua kali penundaan.
Perusahaan juga mencatat kerugian operasional sebesar 15,1 juta euro, setara Rp 279,2 miliar. Dalam pernyataan resminya, Ubisoft menyebut penurunan kerja sama menjadi salah satu penyebab utama penurunan performa keuangan, sebagaimana dilansir dari CNBC News (15/5).
Raksasa gim asal Prancis ini juga memprediksi prospek bisnis tahun fiskal 2025–2026 tidak terlalu menjanjikan. Mereka memperkirakan pemesanan tidak akan banyak berubah dari tahun sebelumnya dan hanya menargetkan impas dalam pendapatan operasional.
Harga saham Ubisoft ditutup di angka 9,55 euro, mencatat penurunan 18,32% dalam satu hari perdagangan. Secara keseluruhan, saham perusahaan telah kehilangan hampir 60% dari nilainya dalam 12 bulan terakhir.
Untuk mengatasi tekanan finansial, Ubisoft mengumumkan pembentukan anak perusahaan game baru yang sebagian akan dimiliki oleh perusahaan teknologi asal Tiongkok, Tencent.
Anak perusahaan ini akan mengelola dan menerbitkan sejumlah waralaba utama Ubisoft, termasuk Assassin's Creed, Far Cry, dan Tom Clancy's Rainbow Six.
Tencent akan menginvestasikan 1,16 miliar euro untuk memperoleh 25% saham di unit baru tersebut, sementara Ubisoft tetap memegang kepemilikan mayoritas dan akan menerima royalti dari penjualan terkait. Perusahaan memperkirakan kesepakatan ini akan rampung pada akhir 2025.