Bos OpenAI dan East Ventures Soroti Pentingnya AI Berbasis Kearifan Lokal
Chief Economist OpenAI, Aaron “Ronnie” Chatterji, menilai kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan efisiensi lintas sektor di Indonesia. Namun, pengembangan AI harus disesuaikan dengan kondisi lokal agar manfaatnya optimal di pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Menurut Ronnie, dengan biaya tenaga kerja yang relatif rendah dan infrastruktur komputasi yang masih berkembang, Indonesia dinilai membutuhkan strategi AI tersendiri. Hal ini mencakup perlunya investasi publik untuk pembangunan pusat data, pemberian insentif bagi startup AI, serta kebijakan yang mendorong inklusi digital.
“Untuk memaksimalkan potensi AI, kita harus bekerja sama dengan masyarakat, pebisnis, dan pemerintah di seluruh dunia agar hal ini benar-benar terwujud,” kata Ronnie dalam diskusi diskusi bertajuk “Unlocking the Economic Potential of AI in Emerging Markets” bersama East Ventures, dikutip dari siaran pers, Rabu (2/7).
Lebih jauh Ronnie mengatakan meskipun infrastruktur AI seperti Large Language Models (LLM) dikembangkan oleh perusahaan besar global, namun menurut dia nilai transformatif AI akan terlihat ketika teknologi diadaptasi oleh inovator lokal. Adaptasi diperlukan untuk menjawab kebutuhan spesifik masyarakat.
Beberapa startup di Indonesia seperti Nexmedis, Ruangguru, Meeting.ai, Tictag, GENEXYZ, dan bythen disebutnya telah menunjukkan implementasi teknologi AI untuk kebutuhan lokal, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga pemasaran ritel.
“Sektor pendidikan adalah salah satu peluang yang sangat menjanjikan,” ujar Ronnie.
Ia menyebut, butuh talenta lokal untuk menemukan pendekatan terbaik dalam menjangkau siswa di wilayah-wilayah yang selama ini tertinggal akses pendidikannya. Contohnya, Ruangguru telah menjangkau lebih dari 45 juta pengguna di Asia Tenggara dengan kombinasi fitur belajar mandiri, pengajaran langsung, dan pembelajaran berbasis AI. Dari jumlah itu, 75% pengguna berasal dari luar kota-kota besar.
AI untuk Berbagai Bidang
AI di Indonesia juga digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti mencari informasi, belanja online, hingga mengedit foto. Survei Katadata Insight Center menunjukkan bahwa AI dapat meningkatkan efisiensi dan pengambilan keputusan bisnis secara signifikan.
Namun, untuk benar-benar bermanfaat, aplikasi AI perlu dirancang dengan mempertimbangkan nilai-nilai, bahasa, dan budaya lokal. Aplikasi yang hanya mengandalkan antarmuka umum cenderung tidak relevan.
Sebaliknya, solusi yang bersifat lokal, baik dari segi konten, cara komunikasi, maupun integrasi regulasi, dinilai lebih efektif dan berkelanjutan.
Di sektor kesehatan, Nexmedis mengembangkan sistem informasi manajemen berbasis AI yang mampu memangkas hingga 90% pekerjaan administratif di fasilitas kesehatan, dan telah digunakan di lebih dari 80 kota dan kabupaten.
Sementara di sektor ritel, GENEXYZ menggunakan virtual influencer berbasis teknologi metahuman yang dapat disesuaikan dengan budaya lokal. bythen juga menciptakan karakter digital unik yang memungkinkan pengguna menjadi content creator berbasis AI.
Ronnie menekankan bahwa kolaborasi manusia dan AI akan melahirkan keterampilan baru yang tidak tergantikan oleh mesin, seperti kreativitas, empati, etika, dan kerja tim. Ia menyebut kesiapan talenta menjadi kunci.
Ronnie juga mendorong agar ekosistem digital di Indonesia mendukung inisiatif pelatihan dan pengembangan talenta yang seimbang antara kecakapan teknis dan kemampuan manusiawi.
Managing Partner East Ventures, Roderick Purwana, menjelaskan bahwa keberhasilan strategi AI tidak hanya tergantung pada kecanggihan teknologi, tetapi pada sejauh mana teknologi tersebut mampu menjawab kebutuhan lokal secara efektif.
East Ventures sendiri meluncurkan platform IndoBuild AI untuk mendukung kolaborasi dan inovasi antar pemangku kepentingan. Platform ini melibatkan startup, penggerak ekosistem, hingga pemerintah, termasuk Kementerian Kesehatan.