Produsen baterai listrik asal Swedia mengklaim telah berhasil memproduksi baterai untuk mobil listrik 100% dari hasil daur ulang nikel, mangan, dan kobalt. Material tersebut diambil dari baterai mobil listrik bekas yang sudah habis masa pakainya.
Menurut hasil pengujian, sel baterai yang terbuat dari katoda nikel-mangan-kobalt hasil daur ulang menunjukkan kinerja yang setara dengan sel baterai yang dibuat dari mineral yang baru ditambang. Keberhasilan ini menarik minat investasi dari Goldman Sachs dan juga Volkswagen yang dalam proses transisi ke mobil listrik.
Kini Northvolt tengah memperbesar pabrik daur ulangnya hingga dapat memproses 125.000 ton baterai per tahun. Pabrik bernama Revolt Ett yang berlokasi di Skellefteå, utara Swedia ini, akan mulai dibangun pada kuartal I 2022 dan ditargetkan mulai beroperasi pada 2023.
"Secara teori, kita bisa mendaur ulang semua logam yang ada pada baterai mobil listrik dan membuat baterai baru," kata Chief Executive Officer (CEO) sekaligus Chief of Environmental Officer Northvolt, Emma Nehrenheim, seperti dikutip dari CNBC.com pada Jumat (12/11).
Menurut Nehrenheim, pabrik daur ulang baterai Northvolt dapat mendaur ulang berbagai jenis logam yang dibutuhkan untuk memproduksi baterai seperti lithium, kobalt, mangan, dan nikel. Sebagai tambahan juga plastik, tembaga, dan alumunium.
"Pabrik ini merupakan strategi fundamental, artinya ketika pasar mobil listrik matang, di mana mobil yang dibeli sama dengan mobil yang harus didaur ulang, maka kami, secara teori, akan memiliki tingkat daur ulang baterai yang sangat tinggi," ujarnya.
Ini berarti Northvolt tidak akan pernah kekurangan bahan baku untuk memproduksi baterai dan dapat sekaligus terlindung dari jejak emisi yang sangat tinggi. Secara momentum pun Northvolt berada pada masa yang tepat di mana seluruh dunia tengah melakukan transisi menuju penggunaan mobil listrik.
Seperti diketahui, setidaknya enam produsen otomotif besar dunia telah menandatangani komitmen kesepakatan untuk menghentikan produksi mobil bermesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE) yang berbahan bakar BBM pada 2040 secara global dengan tenggat maksimal 2035 untuk pasar negara maju.
Meski demikian beberapa produsen otomotif besar absen dari kesepakatan ini, seperti Volkswagen dan Toyota yang merupakan penguasa pasar dengan pangsa terbesar pertama dan kedua, dan pemilik merek otomotif ternama seperti Honda, Nissan, BMW, dan sebagainya.
Adapun enam produsen otomotif yang telah menandatangani kesepakatan ini yaitu Volvo, Ford, General Motors, Jaguar Land Rover, Mercedes-Benz, dan BYD. Cina dan Amerika Serikat juga tidak termasuk dalam kesepakatan ini meskipun negara bagian New York dan California menandatanganinya.
Gagasan daur ulang dan pengembangan ekonomi sirkular menjadi proposisi yang menarik bagi beberapa pemilik bisnis, terutama di tengah tekanan terhadap rantai pasokan global karena banyak faktor, salah satunya pandemi Covid-19.
Pada Maret 2021, Lucien Mathieu, dari grup Transport & Environment yang berbasis di Brussels, Belgia berusaha menyoroti potensi daur ulang di industri mobil listrik.
"Tidak seperti mobil bertenaga BBM saat ini, baterai mobil listrik adalah bagian dari lingkaran ekonomi sirkular di mana bahan baterai dapat digunakan kembali dan dipulihkan untuk menghasilkan lebih banyak baterai," ujar Mathieu.
Daur ulang bahan baterai, menurut Mathieu, sangat penting dalam hal mengurangi tekanan pada permintaan primer untuk bahan baku baterai murni dan membatasi dampak ekstraksi bahan baku terhadap lingkungan dan masyarakat.
Nehrenheim dari Northvolt mengatakan bahwa gagasan tentang daur ulang dan ekonomi sirkular akan menjadi pendorong utama untuk setiap industri baru. Sebab ketergantungan pada pasar bahan mentah akan terganggu karena sumber yang lebih berkelanjutan dan lokal.
"Tidak akan ada teknologi disruptif yang dapat hidup tanpa ini dan saya pikir dalam jangka panjang bahan daur ulang di industri mana pun akan bersaing dengan yang lain," ujarnya.