Luhut Targetkan Emisi Karbon Indonesia Turun Hingga Sepertiga di 2030

ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/M Agung Rajasa/nym.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan paparan saat Summit Opening Panel dalam rangkaian B20 Summit Indonesia 2022 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (13/11/2022).
13/11/2022, 13.34 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Maves), Luhut Binsar Pandjaitan, menargetkan lebih dari 29% pengurangan emisi karbon di Indonesia pada 2030 untuk memenuhi komitmen Net Zero Emission.

Dalam menunjukkan komitmen Indonesia ini, Luhut menjelaskan strategi industri hijau di tanah air dengan melakukan transisi pada berbagai sektor, baik pada energi, industri, transportasi, hingga agrikultur.

Luhut juga mengatakan bahwa Indonesia, saat ini sedang mengubah perekonomian hingga tidak lagi mengandalkan ekspor komoditas mentah seperti bijih nikel.

“Kami ingin melihat sesuatu terjadi di Indonesia. Kami ingin melihat nilai tambah di Indonesia, dan kami ingin masyarakat menikmati bahan baku yang kami miliki di sini. Kita tidak akan seperti 10-15 tahun lalu dimana kita cuma menggali-gali saja dan langsung mengekspor, itu tidak akan terjadi lagi,” tegas Luhut saat menjadi pembicara pada forum B20 Summit, di Bali, Minggu (13/11).

Selain itu, Luhut juga mengatakan Indonesia tengah mengubah komoditas ekspornya. Dari sebelumnya yang mengandalkan ekspor bijih nikel mentah, kini mulai beralih kepada ekspor besi dan baja. 

Untuk 2022, Indonesia memproyeksikan ekspor besi dan baja senilai US$ 27,8 miliar atau sekitar Rp 430 triliun ke seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, Indonesia telah merealisasikan sekitar US$ 20,9 miliar atau sekitar Rp 323 triliun.

Ke depannya, dengan melimpahnya persediaan nikel, Luhut menilai Indonesia dapat mengekspor produk baterai lithium serta kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). “Sekarang kita bahas tentang teknologi Cina yang kita bangun sekarang di Morowali, Sulawesi Tengah, untuk produksi bijih nikel yang diolah menjadi ion baterai lithium,” lanjut Luhut.

Untuk itu, Luhut mengatakan pemerintah bakal meningkatkan kualitas tenaga kerja lokal di sekitar wilayah industri Morowali, dengan mendirikan sejumlah politeknik dan sekolah menengah kejuruan.

“Dalam 10-20 tahun yang akan datang kita bisa melihat perbedaannya. Kami tidak hanya akan melayani negara maju, setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia didasarkan pada kepentingan generasi penerus,” tutup Luhut.

Sebelumnya Luhut juga telah mengungkapkan bagaimana Indonesia bernegosiasi dengan Amerika Serikat terkait pengurangan emosi karbon, agar dapat dilakukan tanpa mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.

Negara anggota G20 masing-masing telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon demi menekan risiko perubahan iklim.

Rincian komitmen beserta target pengurangan emisinya tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contributions (NDC) yang dibuat masing-masing negara.

Negosiasi dilakukan ketika Luhut bertemu dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, di Washington, AS, September lalu. 

Menurut Luhut, emisi yang dikeluarkan Indonesia hanya mencapai 2,3 ton per kapita, sedangkan Amerika Serikat tercatat mencapai 14,7 ton per kapita. Adapun ambang batas emisi karbon berada pada 4,5 ton per kapita.

Meski begitu, Yellen meminta Indonesia untuk menekan emisi karbonnya lebih jauh.

"Saya beri tahu Secretary Yellen, saya pikir itu tidak adil dan harus dilakukan secara adil. Dia katakan kepada saya itu masuk akal," kata Luhut dalam pembukaan Indonesia Net Zero Summit 2022 di Bali, Jumat (11/11) lalu.

Reporter: Zahwa Madjid