Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) optimistis mampu mencapai target pengurangan sampah plastik yang dibuang ke laut sebesar 70% pada 2025. Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah Kemenko Marves, Rofi Alhanif mengatakan, hal tersebut bisa tercapai karena Indonesia akan mengadakan acara ASEAN Conference for Combatting Plastic Pollution (ACCPP) yang dilaksanakan pada 17 Oktober 2023. Acara tersebut merupakan acara kerja sama antarnegara ASEAN dengan tujuan untuk mengurangi sampah plastik.
“Dengan kolaborasi semua pihak, kami optimis. Pada 2018-2022, Indonesia sudah berhasil mengurangi sampah plastik yang dibuang ke laut sebesar 36% artinya kita punya waktu dua tahun lagi, harusnya bisa tercapai,” ujar Rofi dalam acara Media Briefing ACCPP, Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Senin (16/10).
Rofi mengatakan, acara besar itu akan mengundang para industriawan, praktisi, dan berbagai pemangku kepentingan sehingga bisa memberikan bantuan dengan berbagi pengalamanannya, dan pemahaman untuk bisa mengurangi sampah plastik yang dibuang ke laut. Dengan begitu, diharapkan target tersebut bisa tercapai.
“Nah, ASEAN ini kan kurang lebih sama kondisinya, sebagai negara yang berkembang, jangan disamakan dengan negara maju yang semua masyarakatnya sudah tertib dan daur ulang sampahnya sudah tinggi. Dengan adanya event seperti ini, harapannya ASEAN bisa satu pemahaman, dan kita bisa saling berbagi pengalaman,” kata Rofi.
Penanganan Sampah Plastik Perlu Kolaborasi dengan Berbagai Pihak
Menurut dia, negara-negara ASEAN harus berperan penting dalam mengurangi sampah plastik agar tidak tertinggal dengan negara maju, serta untuk mengembangkan industri dan ekonomi yang lebih maju lagi. Indonesia sebagai perekonomian terbesar di ASEAN harus memiliki peran penting dalam mengurangi sampah-sampah plastik ini. "Kami optimis target (penurunan sampah plastik di laut) sebesar 70% pada 2025 bisa tercapai," ujarnya.
Namun, upaya pengurangan sampah plastik yang dibuang ke laut membutuhkan kolaborasi multi pihak. Oleh karena itu, bukan hanya peran pemerintah saja yang diandalkan.
“Ini bukan pekerjaan pemerintah saja, ini pekerjaan kita semua dari industri, masyarakat, dan para pendaur ulang sampahnya,“ kata dia.
Di sisi lain, Rofi mengatakan permasalahan Indonesia selama ini bukan di plastiknya, melainkan di pengolahan sampah plastik. Dengan demikian, dia berharap ke depan Indonesia bisa lebih baik dalam mengelola sampah plastik. “Seharusnya itu tidak mengganggu ekonomi kita dalam konteks produksi plastik dan seterusnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, sejak diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut, Indonesia tercatat telah berhasil menekan kebocoran sampah plastik ke laut sebesar 36% atau sebesar 217.702 ton sampai dengan tahun 2022. Angka tersebut menggunakan basis data kebocoran sampah laut tahun 2018 yang mencapai 615.675 ton.
Pencapaian tersebut dilakukan melalui optimalisasi upaya pengurangan sampah melalui, pencegahan timbulan sampah, menggunakan produk/kemasan hasil daur ulang atau yang dapat didaur ulang, dan pemanfaatan kembali, serta upaya penanganan sampah melalui pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
“Saya berharap setiap upaya yang dilakukan dunia usaha dapat bersinergi juga dengan program pemerintah, sehingga kita bersama-sama dapat mendukung pencapaian target penanganan sampah laut sebesar 70% pada tahun 2025,” ujar Luhut.
Luhut mengatakan, pemerintah juga mendorong kerja sama dengan berbagai mitra pembangunan untuk memperbaiki tata kelola penanganan sampah domestik di tingkat pemerintah daerah.