FAO: Fenomena El Nino Akan Berlanjut hingga Pertengahan Tahun 2024

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan 63% wilayah zona musim di Indonesia terdampak fenomena El Nino, yang menyebabkan musim kemarau menjadi lebih kering.
Penulis: Nadya Zahira
20/10/2023, 13.15 WIB

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa fenomena cuaca El-Nino akan berlangsung setidaknya sampai pertengahan tahun 2024, dengan curah hujan yang tidak normal. Hal itu diprediksi akan terjadi di seluruh Amerika Latin yang menimbulkan kekhawatiran bagi sektor pertanian.

“Suhu permukaan laut Pasifik melonjak dalam beberapa bulan terakhir, dengan pemanasan yang lebih kuat di sepanjang pantai Amerika Selatan," demikian laporan FAO, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (20/10). 

Adapun fenomena El Nino diartikan sebagai anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, yang lebih tinggi atau lebih panas daripada rata-rata normalnya. 

Melansir dari Reuters, prakiraan cuaca untuk kuartal pertama 2024 menunjukkan lebih banyak hujan daripada biasanya di negara-negara seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Sementara itu, kondisi kering sedang berlangsung di Brasil, Guyana, dan Suriname.

Namun, musim kemarau di Amerika Tengah diperkirakan hanya akan berlangsung hingga akhir tahun ini. Selain itu, laporan FAO juga menekankan bahwa sektor pertanian, yang meliputi tanaman, ternak, hutan dan perikanan, sangat rentan terhadap ancaman kekeringan. 

“Mengingat sektor ini dapat menyerap 26% kerugian ekonomi selama kondisi cuaca ekstrem dan hingga 82% selama kekeringan terjadi,” kata FAO.

Berdasarkan laporan dari FAO, spesies ikan  seperti ikan teri dan tuna di pantai utara Peru dan Ekuador selatan sangat berisiko terdampak kekeringan. Nelayan Ekuador melaporkan adanya penurunan sebesar 30% dalam penangkapan tuna sejak bulan Februari 2023. 

Di sisi lain, El Nino dan pola cuaca La Nina yang berlawanan telah berdampak pada produksi tanaman utama seperti gandum, beras, dan jagung di Amerika Latin.

Efek Perubahan Iklim Timbulkan Gelombang Panas

Laporan dari FAO  juga menyampaikan, kondisi ekstrem yang dibawa oleh El Nino memang melanda kawasan seperti Amerika Latin. Namun, secara bersamaan Amerika Latin juga menghadapi efek perubahan iklim seperti gelombang panas.

Untuk itu, organisasi pangan dunia itu mengatakan bahwa mereka telah meluncurkan sebuah rencana untuk memobilisasi sumber-sumber keuangan untuk komunitas-komunitas yang rentan di beberapa negara yang terkena dampak cuaca ekstrem.

FAO memperkirakan, fenomena El Nino tahun ini bisa memicu kekeringan di 42 negara yang tersebar di Amerika Selatan, Amerika Tengah, Afrika, dan Asia-Pasifik.

FAO pun mendorong negara-negara yang rawan terdampak agar menyiapkan langkah antisipasi, mulai dari rehabilitasi saluran irigasi dan sumber air lainnya, memastikan ketersediaan pakan ternak, hingga membuat program dukungan bagi petani untuk meminimalkan kerugian panen.

Reporter: Nadya Zahira