Cina menerbitkan rencana aksi untuk mengurangi emisi metana yang dapat menyebabkan pemanasan iklim. Saat ini, Cina memproduksi lebh dari 14% emisi metana global dan merupakan produsen terbesar dunia.
Negara tirai bambu tersebut merilis rencana pengurangan emisi tersebut saat pertemuan iklim selama empat hari antara Cina dan Amerika Serikat. Kedua negara berjanji untuk secara efektif meningkatkan sistem pemantauan dan pengawasan untuk metana dalam periode 2026-2030.
Tak hanya itu, Kementerian Ekologi dan Lingkungan Cina menyampaikan bahwa negaranya juga akan berusaha untuk mengekang flaring atau pembakaran emisi di sumur minyak dan gas, serta menutup tambang batu bara jika terjadinya kebocoran metana.
“Kami juga berjanji untuk mempromosikan kontrol metana di bidang pertanian dan memperkuat kontrol metana dari limbah,” kaya Kementerian Ekologi dan Lingkungan China, dikutip dari Reuters, Rabu (8/11).
Presiden konferensi iklim COP28 tahun ini, Sultan Al Jaber, menyambut baik pengumuman janji-janji yang akan dilakukan Cina tersebut. Hal itu dinilai sebagai langkah penting untuk aksi iklim global.
Sedangkan, para analis kebijakan kurang antusias karena sudah menunggu selama dua tahun untuk rencana tersebut, usai Cina berjanji pada COP26 di Glasgow. Para analis mengatakan bahwa strategi yang dihasilkan masih menyisakan banyak hal yang belum terselesaikan.
"Tujuan yang disebutkan dalam rencana tersebut terlalu ambigu, dan sebagian besar berisi teks deskriptif, tidak ada target spesifik dalam pengurangan emisi metana," kata, Analis Karbon Utana di Refinitiv, bagian dari LSEG yang menyediakan data pasar keuangan global, Yan Qin.
Mengatasi emisi metana dipandang sebagai cara utama untuk mengendalikan perubahan iklim dalam jangka pendek, karena potensi pemanasannya 100 kali lipat dari karbon dioksida. Metana juga menghilang dalam hitungan tahun dari atmosfer, dibandingkan dengan karbon dioksida yang bertahan hingga 1.000 tahun. Artinya, mengurangi emisi metana dapat berdampak cepat dalam memperlambat pemanasan global.
Rencana-rencana metana Tiongkok telah menjadi bagian penting dari negosiasi dengan Amerika Serikat untuk menemukan titik temu menjelang COP28,. Negosiasi dihadiri utusan iklim Tiongkok, Xie Zhenhua, dan rekannya John Kerry, di California.
Departemen Luar Negeri AS tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar mengenai rencana tersebut.
Analis iklim Li Shuo, direktur baru Cuna Climate Hub di Asia Society, mengatakan rilis rencana tersebut berpotensi membuka jalan bagi pernyataan bersama dari dua negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia dalam beberapa minggu ke depan.