Perusahaan Migas Amerika Serikat (AS), Exxon Mobile menandatangani dua perjanjian terkait Carbon Capture Storage (CCS) dengan PT Pertamina (Persero) dan Pemerintah Indonesia di tengah pertemuan bilateral AS-Indonesia pada Senin (13/11). Potensi CCS di Indonesia sangat tinggi hingga mencapai 400 giga ton.
Dua perjanjian terkait CCS yang ditandatangani meliputi Amandemen Pokok-Pokok Perjanjian (HOA) yang memungkinkan kemajuan lebih lanjut CCS Hub oleh PT Pertamina (Persero) dengan ExxonMobil. Perjanjian kedua adalah Nota Kesepahaman (MOU) antara Pemerintah Indonesia dan ExxonMobil.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi, mengatakan penandatanganan perjanjian ini merupakan awal dari proses panjang bagi pemerintah Indonesia dalam membangun ekosistem CCS.
“Dengan adanya perjanjian ini, membuktikan bahwa semua perangkat di Indonesia, khususnya dari sisi Pemerintah, telah siap memanfaatkan potensi CCS Indonesia untuk kemajuan industri rendah karbon, peningkatan investasi, dan pembukaan lapangan kerja baru untuk masyarakat Indonesia," kata Jodi melalui keterangan tertulis, dikutip Selasa (14/11).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MenESDM), Arifin Tasrif, mengatakan perjanjian ini tidak hanya berdampak pada pengurangan emisi, tetapi perjanjian ini juga akan membuka lapangan pekerjaan dan investasi. Dua perjanjian yang ditandatangani hari ini menandakan langkah penting dalam perjalanan Indonesia sebagai pemimpin dalam pengurangan emisi.
"Produk hilirisasi dari kompleks petrokimia ini akan memberikan manfaat yang signifikan bagi perekonomian Indonesia," ujar Arifin.
Nota Kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan ExxonMobil tentang Advance Petrochemical Complex in Indonesia ditandatangani oleh Deputi Jodi dan Vice President ExxonMobil Chemical International Major Growth Ventures Ltd., Zoe Barinaga. MoU ini berisi kesepakatan untuk menjajaki evaluasi dan pengembangan kompleks petrokimia mutakhir di Indonesia.
Kompleks potensial ini akan menghasilkan polimer berkualitas tinggi untuk memenuhi permintaan pasar Asia yang terus bertumbuh. Rencana investasi ini juga akan menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha selama masa konstruksi dan pekerjaan saat operasi produksi, pemeliharaan, dan layanan terkait.
Rencana investasi ini akan dirancang sebagai kompleks petrokimia rendah emisi, yang akan memanfaatkan peluang penyimpanan CO2 di sekitarnya, seperti CCS Hub yang sedang dievaluasi oleh ExxonMobil dan Pertamina PT (Persero). Rencana investasi ini menjadi contoh yang tepat untuk efek berganda yang dapat dihasilkan oleh CCS Hub bagi Indonesia.
Senior Vice President Exxon Mobil Corporation, Jack P. Williams, berharap kolaborasi ini dapat mengurangi emisi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan seluruh kawasan. ExxonMobil menginvestasikan US$ 17 miliar dalam inisiatif penurunan emisi sejak tahun 2022 hingga 2027, termasuk upayanya untuk meningkatkan CCS guna mendukung mengurangi emisi bagi pihak ketiga dan operasinya sendiri.
ExxonMobil akan fokus pada upaya penangkapan dan penyimpanan karbon pada emisi titik sumber, yaitu proses menangkap CO2 dari aktivitas industri yang seharusnya dilepaskan ke atmosfer. Setelah ditangkap, CO2 diinjeksi ke dalam formasi geologi bawah tanah dengan penyimpanan yang aman, terjamin, dan permanen.