Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia melalui anak usahanya PT Amandina Bumi Nusantara (Amandina) mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk Standar Nasional Indonesia (SNI), Selasa (14/11). Ini merupakan SNI pertama Indonesia untuk botol plastik daur ulang.
Board of Commisioner Member Amandina Bumi Nusantara, Lucia Karina, mengatakan pencapaian tersebut merupakan suatu hal yang sulit didapatkan karena SNI untuk produk daur ulang PET pertama kali didapatkan oleh Coca-Cola.
Dia mengatakan, Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia menargetkan 50% produk minumannya menggunakan botol plastik daur ulang pada 2025. Hal ini dilakukan demi menekan emisi karbon yang dihasilkan dari proses produksi hingga rantai pasok secara keseluruhan. Hingga Oktober 2023, CCEP sudah berhasil menggunakan botol plastik daur ulang pada 40% produknya.
“Jadi memang kita kejar targetnya meskipun setengah mati melakukannya, karena mau enggak mau masyarakat itu belum banyak yang sadar dengan daur ulang ini, padahal hal ini bisa berdampak baik untuk menyelamatkan lingkungan,” ujar Lucia saat ditemui awak media, usai acara diskusi panel terkait SNI Recycled PET, di Jakarta, Rabu (14/11).
Selain itu, Lucia mengatakan, CCEP juga menargetkan untuk menghilangkan penggunaan plastik murni dalam semua kemasan produk CCEP pada 2030. CCEP mengumpulkan serta mendaur ulang semua kemasan plastik atau kaleng yang dijual pada 2030.
Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rofi Alhanif, mengatakan pemerintah memiliki rencana untuk memberikan insentif kepada perusahaan yang menerapkan penggunaan plastik daur ulang pada kemasannya.
Dia mengatakan, insentif tersebut bukan hanya berupa fiskal atau finansial saja, tapi bisa dalam bentuk insentif lainnya. Namun, dia belum bisa memastikan model insentif seperti apa yang paling cocok untuk diterapkan kepada perusahaan.
“Sebetulnya insentif itu banyak hal bukan hanya finansial, jadi insentif itu bisa jadi penghargaan atau kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah, saya belum bisa memastikan modelnya seperti apa, tetapi misalnya seperti pengurangan pajak,“ kata dia.
Daur Ulang Sampah Plastik Pangkas 13 Juta Ton Emisi
Indonesia diperkirakan menghasilkan 5,8 juta ton sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik setiap tahun. Sebagian besar sampah ini berakhir di tempat pembakaran yang menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Laporan terbaru lembaga nirlaba The Circular Initiative menunjukkan Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak membakar plastik di Asia Tenggara. Setiap tahun, pembakaran sampah plastik di Indonesia menghasilkan emisi hingga 13,7 juta ton karbon ekuivalen.
Laporan bertajuk ‘The Climate Benefits of Plastic Waste Management in India and Southeast Asia’ itu menyoroti pengelolaan sampah plastik di India, Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Jika digabungkan, keenam negara tersebut menghasilkan 21,4 juta ton sampah plastik per tahun.
Para peneliti merancang skenario jika sampah plastik tersebut berhasil dikelola dengan baik, ada sekitar 228,9 juta ton karbon ekuivalen yang akan berhasil dihindari. Ini setara dengan mematikan 61 pembangkit listrik batu bara.
Pembakaran sampah plastik menjadi salah satu penyumbang tertinggi emisi karbon. Setiap satu ton plastik yang dibakar akan menghasilkan tiga ton emisi karbon. “Berinvestasi di bisnis dan infrastruktur yang mengalihkan pembakaran plastik menjadi upaya daur ulang akan menjadi kunci utama pengurangan emisi di sektor limbah,” tulis para peneliti dalam laporan tersebut.
World Population Review memperkirakan sekitar 4,8 hingga 12,7 juta metrik ton plastik masuk ke laut setiap tahun. Berdasarkan laporan tahun 2021, lima negara Asia menjadi menyumbang limbah plastik ke lautan di dunia, yaitu Cina, Thailand, Vietnam, Indonesia, dan orang Filipina.