Rekosistem, startup climate-tech Indonesia, bekerja sama dengan Million Limbah Indonesia meluncurkan Reko Hub Driyorejo seluas 16.000 m2 untuk melayani beberapa kota dan kabupaten di Jawa Timur. Keberadaan Reko Hub Driyorejo ini meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah anorganik dan daur ulang Rekosistem di Jawa Timur dari 15,000 ton menjadi 50,000 ton setiap tahun.
Rekosistem menargetkan tingkat daur ulang anorganik (recycling rate) naik menjadi 80% berkat fasilitas daur ulang plastik bernilai rendah (low-value plastic atau LVP) yang disediakan oleh Rekosistem dan Million Limbah Indonesia.
Sebelumnya, untuk mengolah sampah dari Jawa Timur, Rekosistem menggunakan Reko Hub yang terletak di kawasan Made, Surabaya dengan kapasitas sebesar 15.000 ton per tahun. Reko Hub ini menangani sampah dari 12.000 rumah.
“Jawa Timur merupakan salah satu fokus kami, mengingat produksi sampahnya yang menduduki peringkat kedua di Indonesia yaitu sekitar 5 juta ton sampah per tahun. Sejauh ini, tingkat daur ulang Rekosistem di Jawa Timur sudah mencapai 70% sejalan dengan yang ditargetkan pada JAKSTRANAS (Kebijakan dan Strategi Nasional)," ujar Ernest Layman, Co-founder dan Chief Executive Officer Rekosistem, dalam siaran pers, Kamis (16/11).
JAKSTRANAS yang ada di dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 menyebutkan target pengurangan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga sebanyak 70% di 2025. Dengan fokus penerapan metode ekonomi sirkular dan menggandeng Million Limbah Indonesia sebagai mitra strategis, Rekosistem optimistis Reko Hub Driyorejo -yang didesain untuk pengolahan sampah berjenis plastik bernilai rendah- turut berkontribusi terhadap peningkatan persentase pemulihan material menjadi 80%.
Reko Hub Driyorejo merupakan evolusi dari Reko Hub Rekosistem yang berfokus untuk menampung, memilah, mendata dan mengolah sampah yang nantinya akan disalurkan kepada industri daur ulang serta tempat pemrosesan sampah yang bertanggung jawab. Dengan demikian, Reko Hub akan sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, transportasi, dan waktu yang digunakan untuk proses daur ulang dari hulu ke hilir.
Alex Chandra, Co-founder & CEO Million Limbah Indonesia, mengatakan plastik bernilai rendah atau LVP memiliki tingkat daur ulang yang sangat rendah karena kelangkaan teknologi serta tingkat kompleksitas pemrosesannya. Hal ini menyebabkan jenis plastik ini masih dikategorikan sebagai sampah residu.
“Kami sangat senang bekerja sama dengan Rekosistem dalam upaya bersama kami untuk meningkatkan persentase daur ulang di Indonesia melalui pengolahan sampah dengan lebih banyak jenis," ujar Alex. Menurutnya, masalah sampah di Indonesia bukan hanya jenis sampah plastik bernilai tetapi juga residu yang banyak diabaikan oleh pemain lainnya. "Dengan begitu, tingkat pemulihan materi yang lebih baik bisa dicapai mengingat layanan penjemputan sampah yang dilakukan Rekosistem banyak menjangkau kawasan pemukiman penduduk,” ungkap Alex.
Peresmian fasilitas pemulihan material Reko Hub Driyorejo pada 11 November lalu dihadiri oleh beberapa perwakilan pemerintahan kota dan kabupaten di Jawa Timur, Dinas Lingkungan Hidup, serta perwakilan kawasan perumahan di sekitar Surabaya dan Gresik. Selain itu, hadir pula Mitra Perusahaan Tanggung Jawab Produsen yang Diperluas (Extended Producer Responsibility) serta pelaku usaha daur dan guna ulang.
Ernest menyatakan Rekosistem berkomitmen untuk terus berinovasi dalam pengelolaan sampah dan pemulihan material demi menciptakan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Kolaborasi dengan Million Limbah Indonesia adalah contoh nyata bagaimana kedua perusahaan dapat mendorong pencapaian target Net Zero Emissions (NZE) Indonesia melalui pengurangan emisi karbon dengan pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular.