Laporan terbaru dari World Economic Forum (WEF) menyebut perlu investasi sebesar US$ 13,5 triliun pada 2050 untuk bertransisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan netral karbon. Investasi tersebut terutama dibutuhkan untuk sektor produksi, energi, dan transportasi.
Net-Zero Industry Tracker 2023, laporan yang diterbitkan WEF bekerja sama dengan Accenture, mencatat kemajuan menuju emisi nol bersih untuk delapan industri: baja, semen, aluminium, amonia, tidak termasuk bahan kimia lainnya, minyak dan gas, penerbangan, perkapalan, dan angkutan truk. Kedelapan sektor tersebut bergantung pada bahan bakar fosil untuk 90% kebutuhan energinya dan menimbulkan beberapa tantangan dekarbonisasi yang paling padat modal dan teknologi.
Laporan yang diterbitkan pada minggu yang sama dengan seruan PBB di COP28 untuk "aksi iklim dramatis" untuk menutup "jurang emisi", menguraikan jalur untuk mempercepat dekarbonisasi industri produksi, energi, dan transportasi yang padat emisi. Jalur menuju nol emisi bersih di sektor-sektor ini akan berbeda berdasarkan faktor sektoral dan regional yang unik.
Namun, investasi yang besar dalam tenaga listrik bersih, hidrogen bersih, dan infrastruktur untuk penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS) akan diperlukan untuk mempercepat dekarbonisasi industri di sebagian besar sektor.
"Dekarbonisasi sektor industri dan transportasi, yang mengeluarkan 40% emisi gas rumah kaca global saat ini, sangat penting untuk mencapai titik nol, terutama karena permintaan akan produk industri dan layanan transportasi akan terus meningkat," ujar Roberto Bocca, Kepala Pusat Energi dan Material, World Economic Forum, dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (29/11).
Bocca menilai diperlukan investasi infrastruktur yang signifikan, dilengkapi dengan kebijakan dan insentif yang lebih kuat sehingga industri dapat beralih ke teknologi rendah emisi sambil memastikan akses ke sumber daya yang terjangkau dan dapat diandalkan yang sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi.
Menurut WEF, investasi sebesar US$13,5 triliun tersebut berasal dari rata-rata biaya pembangkit listrik bersih tenaga surya, tenaga angin lepas pantai dan angin darat, nuklir dan panas bumi, biaya elektroliser untuk transportasi hidrogen dan karbon bersih, serta biaya penyimpanan.
The Net-Zero Industry Tracker mengusulkan kerangka kerja yang komprehensif mengenai pendorong dan pemungkin emisi untuk mengukur kemajuan dan mengidentifikasi kesenjangan, kartu penilaian untuk setiap industri, dan peluang untuk kolaborasi lintas sektor. Berdasarkan edisi tahun 2022, laporan yang diperbarui ini mencakup sektor transportasi dan menerapkan kerangka kerja untuk mengidentifikasi strategi untuk transformasi industri menuju nol emisi.
Temuan laporan ini menggarisbawahi urgensi untuk menciptakan lingkungan pendukung yang kuat. Hal ini mencakup teknologi rendah emisi, infrastruktur, permintaan akan produk ramah lingkungan, kebijakan, dan investasi.
Selain meningkatkan belanja modal untuk mendekarbonisasi basis aset industri dan transportasi yang ada, investasi lebih lanjut diperlukan untuk membangun infrastruktur energi bersih.
Kolaborasi Industri dalam Bekerja dan Berinovasi
Mayoritas teknologi yang diperlukan untuk menghasilkan emisi nol bersih diperkirakan akan mencapai kematangan komersial setelah tahun 2030. Oleh karena itu, perlu pendekatan kolaboratif untuk meneliti, mengembangkan, dan menskalakannya.
Hal ini termasuk mengganti teknologi lama dengan teknologi alternatif yang rendah emisi, meningkatkan efisiensi proses dan mesin, elektrifikasi, dan mendorong sirkularitas.
"Sangat penting untuk segera mengambil tindakan untuk mendekarbonisasi dan meningkatkan efisiensi energi. Jika tidak, permintaan bahan bakar fosil yang tidak berkurang di sektor industri utama, yang telah tumbuh rata-rata 8% dalam tiga tahun terakhir, akan meningkat sangat signifikan pada tahun 2050," kata Bocca.
Bocca menyebut para pemimpin industri dapat merespons dengan cara-cara kolaboratif baru dalam bekerja dan berinovasi. Misalnya, dengan mendorong praktik-praktik terbaik, berbagi infrastruktur di area-area penting seperti hidrogen bersih dan carbon capture storage and utilisation (CCUS), serta meningkatkan permintaan akan produk dengan emisi yang lebih rendah.
Menurut laporan tersebut, penetapan harga karbon, subsidi pajak, pengadaan publik, dan pengembangan kasus bisnis yang kuat dapat membantu memobilisasi investasi yang diperlukan. Namun, mengumpulkan modal untuk proyek-proyek berisiko tinggi dengan teknologi yang belum terbukti menjadi tantangan dalam lingkungan ekonomi makro saat ini.
Oleh karena itu, investor institusional dan bank multilateral dapat memainkan peran penting dengan menyediakan akses terhadap modal berbiaya rendah yang terkait dengan target emisi.
"Kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat penting untuk transisi energi yang sukses. Teknologi dapat menjadi pendorong utama dalam mengelola akses yang terjangkau dan dapat diandalkan terhadap energi bersih dan mengatasi biaya tambahan dekarbonisasi," ujar Muqsit Ashraf, yang memimpin Accenture Strategy.
Ashraf menyebut perluasan skala dan adopsi energi bersih, penangkapan dan penyimpanan karbon, serta teknologi efisiensi energi di berbagai sektor sangat penting untuk kemajuan. Selain itu, inovasi model bisnis juga dapat membantu menstimulasi permintaan dan mempercepat dekarbonisasi industri demi mencapai tujuan net zero emission dan transisi energi yang tangguh.