Coca-Cola di Indonesia memastikan kemasannya yang berbahan polyethylene terephthalate (PET) dapat didaur ulang hingga aman digunakan kembali.

Hal ini dibuktikan melalui peluncuran kemasan botol yang terbuat dari 100% plastik PET daur ulang (rPET), tidak termasuk tutup dan label , pada bulan Juni lalu.

Kini satu dari setiap tiga botol produk Coca-Cola Indonesia yang ada di pasar Indonesia telah terbuat dari 100% plastik rPET (daur ulang).

Oleh sebab itu, kampanye ‘Dari Botol Jadi Botol’ menjadi wujud komitmen perusahaan terhadap ekonomi sirkular, khususnya ekonomi sirkular loop tertutup. Hal ini menjadi upaya dari Coca-Cola di Indonesia untuk menjawab tantangan pengelolaan sampah plastik di Indonesia.

Presiden Direktur Coca-Cola Indonesia Julio Lopez menjelaskan bahwa perusahaan ingin mengajak berbagai pihak mengelola kemasan plastik bekas pakai secara lebih menyeluruh.

“Tidak ada entitas tunggal yang dapat mengatasi tantangan ini sendirian. Kami berkomitmen untuk menawarkan desain kemasan, pengumpulan, dan sistem daur ulang yang kolaboratif,” ujar Julio melalui keterangan tertulis (16/6).

Dalam skema rantai pasok closed-loop, Coca-Cola menerapkan enam tahap. Pertama, refresh, fase saat konsumen menikmati sebotol minuman produk Coca-Cola.

Kedua, separate, momen ketika konsumen menyisihkan kemasan botol bekas pakai dari minuman produk Coca-Cola. Ketiga, recycle, pengumpulan botol ke collection center Mahija.

Keempat, sort, wash, and flake, yang mana botol diteruskan ke Amandina untuk diolah kembali melalui serangkaian proses untuk menjadi bahan rPET yang bersifat food grade sesuai dengan peraturan Indonesia dan standar global The Coca-Cola Company yang ketat.

Kelima, remake, yakni plastik PET akan dibentuk kembali menjadi botol (rPET). Terakhir adalah refill, yaitu isi ulang kemasan botol Coca-Cola rPET yang sudah jadi.

Dalam hal ini, Coca-Cola menggandeng Amandina Bumi Nusantara dalam memproses bahan baku daur ulang. Amandina merupakan fasilitas daur ulang yang didirikan lewat kemitraan antara Coca-Cola Europacific Partners Indonesia bersama Dynapack Asia.

Fasilitas daur ulang PET ini akan menciptakan sistem rantai pasok kemasan plastik tertutup di Indonesia melalui produksi pelet plastik dari botol PET bekas pakai yang aman digunakan untuk makanan dan minuman.

Pada 2022, Amandina sendiri telah memiliki kapasitas daur ulang sebesar 15.000 ton per tahun. Kapasitas ini ditargetkan meningkat menjadi 25.000 ton per tahun pada 2023.

Pabrik daur ulang ini turut berkolaborasi dengan Mahija Parahita Nusantara, yayasan sosial nirlaba yang juga didirikan oleh Coca-Cola Europacific Partners Indonesia dan Dynapack Asia.

Yayasan ini mendukung penciptaan infrastruktur pengumpulan melalui pengembangan usaha mikro pengumpulan dan berpusat pada usaha sosial serta dukungan masyarakat.

Mahija menyediakan bahan baku untuk fasilitas daur ulang dan mendukung komunitas pemulung informal dengan pekerjaan yang stabil, serta membuka akses terhadap layanan sosial.

Selain berkomitmen dalam menawarkan desain kemasan, pengumpulan, dan sistem daur ulang yang inovatif, Coca-Cola juga menjalin aliansi strategis bersama para pemangku kepentingan. Aliansi yang dijalin meliputi lembaga pemerintah, mitra industri, dan organisasi lokal.

”Kami memanfaatkan kekuatan serta jangkauan merek Coca-Cola untuk secara aktif melibatkan konsumen dalam inisiatif daur ulang dan membangun kesadaran tentang potensi luar biasa mengubah botol plastik bekas kembali menjadi baru,” ujar Lopez.

Demi mendukung tahap terakhir pada skema closed-loop maka partisipasi konsumen dalam proses daur ulang akan diapresiasi. Melalui program Recycle Me, konsumen dapat mengumpulkan botol plastik PET bekas pakai dan mendapatkan rewards.

Botol plastik PET bekas pakai yang terkumpul akan didaur ulang kembali menjadi botol plastik baru untuk memberikan kehidupan baru bagi botol-botol tersebut.

Lebih lanjut, tonggak penting Coca-Cola di Indonesia dalam menghidupkan closed-loop economy ini menggarisbawahi komitmen perusahaan terhadap visi World Without Waste.

Visi ini bertujuan setidaknya menggunakan 50 persen plastik daur ulang dalam kemasan pada 2030. Ambisi ini sejalan guna membantu mengumpulkan setiap kaleng dan botol yang dijual pada 2030.

Dengan diperkenalkannya botol yang terbuat dari 100% rPET, Coca-Cola memberikan kontribusi besar terhadap tujuan tersebut di Indonesia. Hal ini mendorong pengurangan ketergantungan pada plastik baru sekaligus menurunkan emisi karbon dalam proses produksi.

Sementara itu, Presiden Direktur Coca-Cola Europacific Partners Indonesia dan Papua Nugini Xavi Selga mengutarakan hal senada bahwa sistem closed-loop economy merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi keberlanjutan perusahaan.

”Komitmen tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia untuk mengurangi sampah sebesar 30 persen dan mengurangi sampah laut sebesar 70 persen pada 2025 dalam mengatasi polusi plastik,” kata Xavi.