Sebuah studi EY-Parthenon memperkirakan bahwa penjualan kendaraan listrik di pasar ASEAN-6 akan mengalami pertumbuhan drastis dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 16%-39% antara 2021 dan 2035. ASEAN -6 terdiri dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Singapura.
Studi tersebut menyatakan, peluang penjualan potensial tahunan diperkirakan akan mencapai US$80 miliar-US$100 miliar, tumbuh dari US$2 miliar pada 2021. Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan terbesar.
Pertumbuhan penjualan diharapkan terjadi di ketiga segmen kendaraan listrik utama, yaitu kendaraan penumpang, kendaraan komersial, dan kendaraan roda dua atau roda tiga.
Pertumbuhan tersebut terjadi didorong oleh kekhawatiran perubahan iklim, adopsi kendaraan listrik (EV) beserta rantai nilainya telah menunjukkan peningkatan minat dari konsumen, pemerintah, perusahaan, dan investor. Meskipun pasar kendaraan listrik di Asia Tenggara masih tergolong baru, menyumbang kurang dari 2% dari total penjualan global.
“Meskipun negara-negara ASEAN-6 sebelumnya lambat dalam mengadopsi kendaraan listrik, kekhawatiran masyarakat terhadap perubahan iklim yang saat ini terjadi, mendorong pergeseran pesat dalam kebijakan dan sikap konsumen terhadap kendaraan listrik," kata Susana Utama, EY-Parthenon Partner, Industrial and Value Creation at Ernst & Young, dalam laporannya dikutip Jumat (29/12).
Studi EY-Parthenon meneliti rantai nilai kendaraan listrik untuk memahami kesadaran dan sentimen konsumen, serta infrastruktur dan kebijakan pemerintah di pasar ASEAN-6 untuk menentukan kesiapan pasar, peluang, dan potensi bagi perushaan dan investor.
Sementara itu, tantangan utama negara ASEAN-6 dalam mendorong adopsi kendaraan listrik adalah biaya, ketersediaan infrastruktur pengisian daya, dan kesiapan rantai pasokan kendaraan listrik.
Indonesia Negara dengan Pertumbuhan Terbesar
Secara umum, Singapura menjadi negara dengan kesiapan adopsi kendaraan listrik yang tertinggi. Hal itu karena kesadaran yang meningkat dan penerimaan pasar terhadap kendaraan listrik, jaringan pengisian daya yang berkembang dan basis yang semakin besar untuk riset dan pengembangan kendaraan listrik, serta dukungan kuat dari pemerintah melalui kebijakan dan insentif untuk memfasilitasi kesiapan infrastruktur.
Kesiapan tersebut diikuti oleh Thailand, Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Filipina.
Saat ini, di pasar ASEAN-6, kendaraan roda dua atau tiga merupakan kendaraan yang paling cepat menerima listrik karena sepeda listrik, skuter, dan sepeda motor listrik relatif terjangkau dan kurang bergantung pada infrastruktur pengisian daya khusus.
"Namun, seiring dengan semakin mapannya konsumen di kawasan ini, penjualan mobil penumpang listrik akan
cenderung berkembang menjadi lebih dominan," kata Susana.
Menurut studi tersebut, volume penjualan kendaraan listrik di enam pasar Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai sekitar 8,5 juta unit pada 2035. Secara rinci, jumlah tersebut terdiri dari:
1. Indonesia diharapkan menjadi negara dengan pertumbuhan terbesar dengan perkiraan volume penjualan tahunan sekitar 4,5 juta unit dan nilai penjualan sebesar US$ 26 miliar-US$ 30 miliar pada 2035.
2. Thailand perkiraan volume penjualan sekitar 2,5 juta unit dan 3 nilai penjualan sebesar US$35 miliar-US$42 miliar
3. Vietnam dengan perkiraan volume penjualan sekitar 1 juta unit dan nilai penjualan sebesar US$6 miliar-US$9 miliar
4. Filipina dengan perkiraan volume penjualan sekitar 750.000 unit dan nilai penjualan sebesar US$7 miliar-US$11 miliar.
Kesiapan Kendaraan Listrik di Indonesia: Peluang Pasar Bagi Pelaku Usaha, Manufaktur Otomotif, Manufaktur Baterai, Penyedia Stasiun Pengisian Daya, Kesiapan kendaraan listrik di Indonesia dinilai tinggi karena tingginya tingkat belanja
kendaraan listrik dari pemerintah dan industri.
Indonesia akan menjadi pasar terbesar di kawasan Asia Tenggara dalam segi volume dan terbesar kedua dalam segi nilai penjualan (antara US$26 Miliar-US$ 30 Miliar) pada tahun 2035.