LFP atau lithium ferro phosphate ramai dibincangkan warganet setelah calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyinggung salah satu jenis baterai kendaraan listrik tersebut dalam debat cawapres pada Minggu (21/1). Gibran menuding pasangan calon presiden dan cawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar kerap mempromosikan baterai LFP yang jadi “pesaing” baterai nikel.
“Paslon nomor 1 dan tim sukses sering promosikan LFP. Saya gak tahu ini anti nikel atau bagaimana?” kata Gibran kepada Muhaimin dalam Debat Cawapres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (21/1) malam.
Muhaimin merespons pertanyaan Gibran dengan mengatakan perlunya etika dalam berdiskusi.
“Etika itu adalah etika lingkungan, apapun yang menjadi kebijakan kita menyangkut produksi pengambilan tambang, sumber daya alam, juga apapun yang kita gunakan seluruh potensi bangsa ini, rujukannya adalah etika lingkungan. Komitmen kami adalah keseimbangan antara manusia dan alam,” kata Muhaimin menambahkan.
Gibran kemudian mengatakan bahwa membahas LFP sama saja tidak mendukung Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia.
“Ini kekuatan kita, ini bargaining kita, bukan malah membahas LFP, itu sama aja mempromosikan produknya Cina Pak,” ujarnya kepada Muhaimin.
Apa Itu LFP?
Sebelumnya, hampir semua kendaraan listrik yang dijual di AS menggunakan baterai lithium ion dengan katoda yang terdiri dari beberapa variasi bahan kimia nikel-kobalt. Baterai ini menawarkan kombinasi terbaik dalam hal jangkauan, daya, dan ukuran, namun harganya mahal.
Namun pencarian alternatif baterai kendaraan listrik tanpa nikel menguat setelah harga komoditas tersebut melambung tinggi. Kenaikan harga itu semakin parah saat terjadi perang Rusia-Ukraina.
LFP merupakan alternatif bahan kendaraan listrik yang kini digunakan produsen mobil listrik dunia. Baterai LFP tidak menggunakan bahan baku nikel.
Baterai LFP Dipakai Mobil Listrik di Indonesia
Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) menemukan bahwa 75% dari mobil listrik yang terjual di Indonesia pada 2022 menggunakan baterai LFP yang tidak menggunakan bahan baku Nikel.
Salah satu merek mobil listrik yang menggunakan baterai LFP adalah Wuling Air Ev. Penggunaan baterai LFP di Indonesia kemungkinan bertambah karena BYD baru saja masuk ke pasar tanah air bulan ini.
"Percepatan kendaraan listrik saat ini sepertinya tidak terlalu bertumpu kepada baterai berbasis nikel. Apakah kendaraan listrik Indonesia akan menggunakan nikelnya masih menjadi pertanyaan," kata Analis energi IEEFA, Putra Adhiguna, dikutip dari laporannya, Senin (22/1).
Badan Energi Internasional (IEA) mencatat mobil listrik asal Cina, BYD, mendominasi penggunaan LFP hingga 50% dari total permintaan dunia baterai tersebut.
Penggunaan LFP untuk mobil listrik memang hanya 27% pada 2022. Namun, cakupan penggunaan ini naik signifikan dari 7% pada 2018. Sekitar 95% LFP diproduksi Cina.
Sejumlah produsen kendaraan listrik raksasa pun mulai menggunakan baterai LFP. Tesla mengumumkan mulai mengganti baterai nikel dengan LFP sejak Oktober 2021. Mereka menggunakan baterai LFP terutama untuk jenis produk standarnya.
“Diversifikasi bahan kimia baterai sangat penting untuk pertumbuhan kapasitas jangka panjang, untuk lebih mengoptimalkan produk kami untuk berbagai kasus penggunaannya dan memperluas basis pemasok kami,” tulis pengumuman Tesla, dikutip dari Spglobal.com, Senin (22/1).
Tesla masih menggunakan nikel pada mayoritas mobil listriknya baterainya. Namun berdasarkan data IEA, penggunaan LFP Tesla meningkat dari 20% total mobil yang diproduksi pada 2021, menjadi 30% pada 2022.
Hal itu membuat Tesla berkontribusi sebesar 15% dari total permintaan LFP dunia.