Kapal Pesiar Terbesar di Dunia Berlayar, Aktivis Cemaskan Emisi Metana

Youtube Royal Caribbean Blog
Icon of The Seas, kapal pesiar terbesar di dunia milik Royal Caribbean International, mulai berlayar dari Pelabuhan Miami, Amerika Serikat, pada Sabtu (27/1).
Penulis: Hari Widowati
29/1/2024, 12.59 WIB

Kapal pesiar terbesar di dunia, Icon of The Seas, memulai pelayaran perdananya, pada Sabtu (27/1). Namun, kelompok-kelompok aktivis lingkungan hidup khawatir bahwa kapal bertenaga gas alam cair (LNG) ini dan kapal-kapal pesiar raksasa lainnya yang akan menyusul akan melepaskan gas metana yang berbahaya ke atmosfer.

Royal Caribbean International, perusahaan yang menjadi pemilik dan operator kapal pesiar mewah, menyatakan Icon of The Seas berlayar dari Miami dengan kapasitas 8.000 penumpang di 20 dek. Perusahaan memanfaatkan momentum dari melonjaknya popularitas kapal pesiar untuk mempromosikan kapal pesiar terbesar di dunia itu.

Kapal ini menggunakan gas alam cair (LNG) yang dinilai lebih bersih daripada bahan bakar laut tradisional, namun memiliki risiko lebih besar untuk menghasilkan emisi metana. Kelompok-kelompok lingkungan mengatakan bahwa kebocoran metana dari mesin kapal merupakan risiko yang tidak dapat diterima terhadap iklim karena efek jangka pendeknya yang berbahaya.

"Ini adalah langkah ke arah yang salah," kata Bryan Comer, Direktur Program Kelautan di International Council on Clean Transportation (ICCT), sebuah wadah pemikir kebijakan lingkungan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (27/1).

ICCT memperkirakan penggunaan LNG sebagai bahan bakar laut menghasilkan lebih dari 120% lebih banyak emisi gas rumah kaca dalam siklus hidupnya dibandingkan dengan minyak gas laut (marine gas oil).

Dalam hal efek pemanasan, metana 80 kali lebih buruk selama 20 tahun dibandingkan karbondioksida, sehingga mengurangi emisi tersebut merupakan kunci untuk menekan pemanasan suhu global.

Kapal pesiar seperti Icon of the Seas menggunakan mesin bahan bakar ganda bertekanan rendah yang melepaskan metana ke atmosfer selama proses pembakaran. Menurut para pakar industri, hal ini dikenal sebagai "methane slip" atau kebocoran metana.

Ada dua mesin lain yang digunakan pada kapal curah atau kapal kontainer yang mengeluarkan lebih sedikit metana. Namun, mesin ini terlalu tinggi untuk dipasang di kapal pesiar.

Kapal Baru Lebih Efisien dalam Emisi Karbon

Royal Caribbean mengatakan bahwa kapal barunya 24% lebih efisien dalam hal emisi karbon dibandingkan dengan yang disyaratkan oleh regulator pelayaran global, International Maritime Organization (IMO).

LNG menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan dengan bahan bakar minyak bersulfur sangat rendah (VLSFO) yang menggerakkan sebagian besar armada pelayaran global, kata Steve Esau, kepala operasional Sea-LNG, sebuah organisasi advokasi industri.

Mesin kapal pesiar mengubah gas alam menjadi tenaga di dalam silinder, sehingga penting untuk memastikan bahwa semua gas alam dikonversi menjadi energi. Menurut Juha Kytölä, direktur Litbang dan Rekayasa di Wärtsilä, yang mengembangkan mesin kapal pesiar, bahan bakar yang tidak dapat dikonversi akan dilepas selama proses pembakaran ke atmosfer.

"Teknologi mesin gas alam Wärtsilä mengeluarkan 90% lebih sedikit metana dibandingkan dengan 20 hingga 30 tahun yang lalu," ujar Kytölä.

Mesin kapal pesiar memiliki perkiraan kebocoran metana rata-rata 6,4%, menurut penelitian tahun 2024 yang didanai oleh ICCT dan mitra lainnya. IMO mengasumsikan kebocoran metana sebesar 3,5%.

"Metana semakin mendapat sorotan," kata Anna Barford, juru kampanye pelayaran Kanada di Stand Earth, sebuah organisasi nirlaba. Ia mencatat bahwa IMO pada musim panas lalu menyatakan bahwa upaya mereka untuk mengurangi gas rumah kaca termasuk menangani emisi metana.

Menurut Cruise Line International Association, dari 54 kapal yang dipesan dari Januari 2024 hingga Desember 2028, 63% diperkirakan akan ditenagai oleh LNG. Saat ini, sekitar 6% dari 300 kapal pesiar yang berlayar menggunakan bahan bakar LNG.

Kapal pesiar yang lebih baru sedang dirancang untuk menggunakan bahan bakar minyak gas laut tradisional, LNG atau alternatif seperti bio-LNG yang hanya menyumbang sebagian kecil dari konsumsi bahan bakar AS.

Royal Caribbean akan menggunakan bahan bakar yang berbeda seiring dengan perkembangan pasar. "LNG adalah salah satu bagian dari strategi kami yang sebenarnya," kata Nick Rose, wakil presiden lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.