Baterai kendaraan listrik lithium ferro phosphate atau LFP dinilai lebih mudah dipasarkan di Indonesia, dibandingkan dengan nickel manganese cathode atau NMC.

Pakar Hilirisasi sekaligus Pendiri Indonesian Institute for Mineral and Metal Industries (IM2I), Raden Sukhyar, mengatakan Indonesia merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia. Namun, terdapat tiga hal penting  yang dilihat konsumen dalam memilih kendaraan listrik sekaligus baterai kendaraan listrik.

Faktor tersebut adalah harga, keamanan, dan daya tahan. Sukhyar mengatakan, harga baterai kendaraan listrik LFP relatif lebih murah. Selain iru, baterai LFP juga memiliki keunggulan tidak mudah meledak dibandingkan NMC.

"Bagi negara berkembang akan melihat itu, maka jangan salah di Indonesia lebih mudah memasarkan LFP daripada NMC,” kata Raden dalam webinar LFP vs Baterai Nikel dikutip pada Selasa (6/2).

Sukhyar mengatakan, baterai LFP lebih banyak dipakai di kendaraan-kendaraan berat, volume besar, dan jarak pendek. Baterai LFP juga banyak digunakan untuk sepeda motor listrik. 

“Sepeda motor di negara berkembang termasuk di Cina itu lebih memilih baterai yang murah, daya tahan dan keamanannya pun baik,” ujar dia.

Dia mengatakan, saat ini Tesla merupakan produsen kendaraan listrik terbesar yang menggunakan LiB atau Lithium-ion battery diantaranya NCA, NMC dan LFP. Produsen mobil listrik AS tersebut mulai menggunakan LFP.

“Tesla juga mulai memakai LFP. Dan ini tergantung segmen penggunanya,” ucapnya.

Ketua Bidang Kajian Strategi Pertambangan (PERHAPI), Mohammad Toha mengatakan tipe baterai LFP jauh lebih aman dan lebih tahan terhadap tekanan thermal atau panas dibandingkan NMC.

Halaman:
Reporter: Rena Laila Wuri