Hasil kajian World Resouces Institute (WRI) Indonesia menunjukkan sebesar 74,5% emisi gas rumah kaca (GRK) di Indonesia berasal dari sektor industri Indonesia. Hal itu salah satunya disebabkan karena dekarbonisasi yang dilakukan oleh industri di Indonesia masih dalam tahap awal.
Sustainable Business and Net Zero Analyst WRI Indonesia, Nada Zuhaira, mengatakan perusahaan di Indonesia masih menghitung emisi gas GRK dalam tahap Scope 1. Itu artinya, perusahaan baru menghitung emisi yang dikeluarkan secara langsung.
Sebagian perusahaan juga ada yang sudah mencapai scope 2, yaitu menghitung emisi yang dikeluarkan perusahaan secara tidak langsung, seperti penggunaan listrik. Namun, belum ada perusahaan yang mencapai tahap Scope 3.
“Scope 3 itu masih jauh dari realita dari cita-cita kita,” ujarnya dalam Media Coaching Workshop “Optimalisasi Komitmen Reduksi Emisi Karbon di Indonesia: Tantangan dan Peluang” di Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Senin (26/2).
Scope 3 artinya perusahaan tersebut sudah menghitung emisi yang dikeluarkan secara tidak langsung di seluruh rantai nilainya. Dengan demikian, perusahaan juga harus memperhitungkan emisi mulai dari pemasok bahan bakunya.
Nada mengapresiasi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang sudah mulai mengetahui berapa banyak emisi yang mereka keluarkan. Namun, banyak dari perusahaan tersebut yang masih memerlukan bantuan saat memulai pembuatan target dan menyusun stategi dekarbonisasi.
Di sisi lain, Nada menilai kebijakan pemerintah Indonesia saat ini belum bisa mengintegrasikan penghitungan emisi industri. Pasalnya, sektor industri di Indonesia masih kebingungan dalam mengklaim kontribusinya dalam mereduksi emisi karbon,
“Perkara emisi tersebut dilaporkan kemana juga masih menjadi pertanyaan,” ucapnya.
Sementara itu, salah satu perusahaan yang menerapkan dekarbonisasi yakni L’Oréal Indonesia. Corporate Responsibility Director, L’Oréal Indonesia, Fikri Alhabsie mengatakan pihaknya telah mengadopsi energi baru terbarukan dalam proses produksinya. Selain itu, L’Oréal telah memasang electric boiler di pabriknya yang tidak menggunakan bahan bakar fosil sehingga ramah lingkungan.
Fikri menegaskan L’Oréal Indonesia memilih jalan untuk melakukan pengurangan emisi yang kami keluarkan dibandingkan untuk karbon netral.
“Kami memilih tidak karbon netral atau carbon offset, karena strategi utama kita adalah mengurangi emisi dari produksi kita,” ucapnya.