RI Penghasil Emisi Metana Terbesar Kelima Dunia dari Tambang Batu Bara

ANTARA FOTO/Andri Saputra.
Foto udara pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk yang didatangkan dari Samarinda di Pelabuhan PLTU Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Kamis (4/1/2023). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi produksi batubara nasional per 6 Desember 2023 tersebut melebihi target yaitu mencapai 706,73 juta ton dari target nasional sebesar 694 juta ton.
13/3/2024, 14.56 WIB

Badan Energi Internasional (IEA) menerbitkan laporan Global Methane Tracker 2024 hari ini Rabu (13/3). Laporan tersebut mengungkapkan bahwa Indonesia menempati peringkat kelima sebagai penghasil emisi gas metana terbesar di dunia dari tambang batu bara pada 2023.

Emisi gas metana dari tambang batu bara di Indonesia mencapai 1,8 juta ton pada 2023, yang memberikan dampak iklim jangka pendek setara dengan 153 juta ton emisi CO2. Ini sebanding dengan emisi sektor transportasi di seluruh Indonesia pada 2019 (dihitung menggunakan Potensi Pemanasan Global gas metana selama 20 tahun - 82,5x).

Angka tersebut jauh lebih besar dari angka emisi gas metana tambang batu bara yang dilaporkan oleh Indonesia kepada UNFCCC, yaitu sekitar 0,1 juta ton. Artinya, pelaporan emisi gas metana tambang batu bara dari Indonesia belum akurat.

Analisa lembaga think tank di bidang iklim, EMBER Climate, yang terkini memperlihatkan bahwa perbedaan ini disebabkan oleh penggunaan metode estimasi yang lama dan merekomendasikan agar Indonesia memperbarui metode pemantauannya tersebut.

Dengan demikian, Indonesia dapat memahami permasalahan emisi gas metana secara keseluruhan dan menerapkan upaya mitigasi yang sesuai.

"Dengan mengukur emisi gas metana dari tambang batu bara secara akurat, Indonesia dapat meningkatkan transparansi, memahami permasalahan gas metananya dengan lebih baik, dan menerapkan langkah-langkah mitigasi yang efektif, serta memenuhi komitmen internasional untuk turut mengurangi emisi gas metana global,"  kata Dody Setiawan, Analis Senior Iklim dan Energi Indonesia, EMBER Climate, melalui keterangan tertulis, Rabu (13/3).

IEA juga menekankan bahwa tidak perlu terobosan teknologi canggih untuk mencapai target pengurangan metana dan menunjukkan bahwa langkah-langkah untuk mengurangi emisi metana dari tambang batu bara di Indonesia dapat dilakukan secara praktis dan hemat biaya. Indonesia bisa mengurangi hingga 0,5 juta ton gas metana, atau lebih dari seperempat dari emisi metana tambang batu bara Indonesia berdasarkan estimasi IEA.

Menurut data International Energy Agency (IEA), Indonesia adalah negara eksportir batu bara terbesar di dunia pada 2022.

IEA memperkirakan Indonesia memproduksi 622 juta ton batu bara pada 2022, dan 76% di antaranya dipakai untuk kebutuhan ekspor.

Total volume ekspor batu bara Indonesia pada 2022 mencapai 473 juta ton, terdiri dari batu bara termal/lignit 469 juta ton dan batu bara metalurgi 4 juta ton.