Pemerintah akan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) terutama di lima wilayah Indonesia pada akhir Maret 2024. Penggunaan TMC tersebut bertujuan untuk mencegah potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) SIti Nurbaya mengatakan pemerintah terus melakukan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) termasuk peningkatan upaya pembasahan lahan gambut mulai bulan ini. Pemerintah belajar dari pengalaman mengatasi karhutla saat terjadinya El Nino di 2019.
"Sejak 2020 kita pakai modifikasi cuaca lebih awal jadi di bulan-bulan akhir atau pertengahan Maret kita sudah harus modifikasi cuaca, daerah-daerah gambut harus sudah dibasahi semua. Tahun ini kita lakukan rencana tanggal 20-an Maret," kata Siti usai Rapat Koordinasi Khusus Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan 2024 di Jakarta, Kamis (14/3).
Dia mengatakan, pemerintah akan fokus di wilayah-wilayah dengan sejarah karhutla, termasuk beberapa titik di Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara.
Menurut Siti, BMKG juga memprediksi El Nino masih terjadi pada tahun ini. Hal itu bisa meningkatkan potensi untuk terjadinya karhutla.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Hadi Tjahjanto mengatakan TMC akan diadakan didukung dengan data dari BMKG dan BRIN serta dukungan alutsista dari TNI. Modifikasi cuaca terutama dilakukan untuk membasahi wilayah gambut yang kering.
"Kami juga tadi mengingatkan bahwa terkait dengan gambut ini supaya tetap dalam kondisi basah. Kami sudah melakukan koordinasi untuk tetap menjaga kondisi basah gambut tersebut dengan melihat TMA, tinggi muka air, di seluruh wilayah gambut jangan sampai kering," kata Hadi.
Pemerintah, jelasnya, akan terus memantau mengenai tingkat kebasahan lahan gambut dan memastikan sudah berada di lapangan setelah Lebaran untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 168 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 52 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Rabu (13/3/2024) pukul 08.49 WIB. Dari 168 titik panas terdeteksi, 2 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 152 titik skala sedang, dan 14 titik skala rendah.