BMKG Klarifikasi Video Viral soal Gempa Megathrust Lumpuhkan Jakarta

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memberikan keterangan pers usai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (18/7/2023). Ratas tersebut membahas antisipasi dampak fenomena El Nino.
18/3/2024, 10.13 WIB

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, memberikan klarifikasi terkait penggalan video pernyataanya yang menyebutkan bahwa Jakarta mengalami kelumpuhan akibat gempa megathrust. Ia mengatakan video pernyataan dirinya telah dipenggal oleh pihak tak bertanggung jawab.

Menurutnya, penggalan video tersebut dimaknai berbeda oleh warganet dan menimbulkan keresahan masyarakat.

“(Video) itu adalah rekaman saat rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR-RI pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2024 di Senayan, Jakarta," ungkap Dwikorita dalam keterangan tertulis, Minggu (17/3).

Dwikorita mengatakan pada saat itu dirinya sedang memberikan penjelasan ke anggota dewan soal perlunya pembangunan Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System - InaTEWS) di Bali. Ia menjelaskan, lumpuh yang dimaksudkan dirinya adalah terputusnya jaringan komunikasi.

Kerusakan itu disebabkan gempa megathrust sehingga infrastruktur komunikasi seperti Base Transceiver Station (BTS) mengalami kerusakan. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, BMKG membangun Gedung Operasional Peringatan Dini Tsunami di Bali sebagai fungsi cadangan, meskipun di Jakarta sudah ada.

Ia mengatakan langkah ini sebagai upaya manajemen risiko dalam kondisi darurat jika sewaktu-waktu operasional InaTEWS di Kemayoran Jakarta mengalami kelumpuhan. Pasalnya, BMKG sempat memprediksi akan terjadi gempa di lepas pantai Samudra Hindia pada jarak kurang lebih dari 250 kilometer dari tepi pantai.

“Dalam skenario terburuk, gempa megathrust berkekuatan M 8.7 diperkirakan dampaknya mampu melumpuhkan operasional InaTEWS BMKG di Jakarta,” ucapnya.

Selain itu, Dwikorita mengatakan gedung operasional saat ini tidak disiapkan tahan gempa dan likuefaksi. Maka, gedung InaTEWS yang dibangun dibali akan didesai khusus tahan gempa.

“Bangunan yang saat ini ditempati merupakan bekas Gedung Bandara Kemayoran yang dibangun di tahun 1980 an," ujar dia.

Dwikorita berharap penjelasan ini dapat meredakan rasa khawatir masyarakat akibat beredarnya potongan video pada aplikasi TikTok tersebut, dengan narasi yang tidak sesuai konten dan konteksnya. Ia juga meminta masyarakat lebih jeli dan hati-hati, tidak menelan mentah-mentah isu atau kabar yang bersumber dari media sosial.

"Pastikan informasi yang diperoleh hanya dari BMKG. Karena hanya BMKG lah satu-satunya lembaga pemerintah yang diberi kewenangan dan tugas di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika," katanya.

Reporter: Rena Laila Wuri