Tren Lapangan Kerja yang Membutuhkan Green Skills Meroket di Linkedin

Fauza Syahputra|Katadata
Manajer Pengembangan Ekosistem Sektor Publik Prakerja, Ferdy Fabian (tengah) memaparkan materi saat diskusi "Go Green, Get Skilled: Menjawab Peluang Green Jobs" bersama dengan Direktur Corporate Affair PT Nestle Indonesia, Sufintri Rahayu (kiri) dan Direktur Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas, Nur Hygiawati Rahayu (kedua kanan) di kantor Katadata, Jakarta, Selasa (19/3/2024).
19/3/2024, 15.11 WIB

Global Green Skills Report yang dikeluarkan LinkedIn menyatakan tren lapangan kerja yang membutuhkan green skills secara global naik sampai 22,4 persen pada 2023. Namun demikian, kenaikan orang yang mengunggah keterampilan hijau dalam profilnya hanya naik 12,3 persen.

Berdasarkan European Training Foundation (2022) yang dikutip dari UNESCO TVET, green skills mencakup pengetahuan teknis dan keterampilan yang memungkinkan profesional untuk menggunakan teknologi dan proses ramah lingkungan dengan efektif. Green skills ini dibutuhkan di semua sektor industri sebagai respons terhadap perubahan iklim dan keharusan berkelanjutan.

Manajer Pengembangan Ekosistem Sektor Publik Prakerja, Ferdy Fabian, mengatakan riset Bappenas memprediksi terdapat 15 juta lapangan kerja baru terkait green jobs hingga 2045. Selain itu, riset Celios juga menyatakan akan ada 19 juta lapangan kerja baru ketika Indonesia masuk ke transisi hijau dalam 10 tahun ke depan.

"Jadi permintaan itu akan selalu ada, dan semua riset mengatakan bahwa peluang green jobs akan semakin banyak," kata Ferdy  saat menjadi pembicara dalam Webinar Go Green, Get Skilled: Menjawab Peluang Green Jobs secara daring, Selasa (19/3).

Namun demikian, Ferdy mengatakan, pertumbuhan permintaan tersebut tidak diimbang dengan suplai tenaga kerja dengan green skills yang mumpuni. Hal ini menjadi tantangan bagi angkatan kerja di Indonesia yang sangat luas dan banyak.

Menurut data BPS, angkatan kerja di Indonesia mencapai 147 juta orang hingga Agustus 2023. Akan tetapi, sebesar 36% di antaranya adalah tamatan SD. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, hanya  20% yang telah memiiki pelatihan.

"Jadi gapnya masih perlu diperkecil dan kita perlu tingkatkan, bagaimana nanti pendidikan dan pelatihan yang berbasis keterampilan ini bisa meningkatkan kemampuan-kemampua green skills itu," ujarnya.

Ada 191 Jenis Green Jobs

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, Denni Puspa Purbasari, mengatakan Bappenas telah mempublikasikan Peta Okupasi Nasional Green Jobs dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Hingga Agustus 2022, pemetaan okupasi ini telah mengidentifikasi 191 jenis green jobs.

Ia mengatakan, peta okupasi tersebut fokus pada lima green jobs yaitu, energi terbarukan, pertanian, manufaktur, konstruksi dan jasa, dan pariwisata. Dari lima sektor tersebut, semua pekerjaan yang tersedia membutuhkan green skills, seperti spesialis konsultasi konservasi alam, analis kebijakan energi, editor lingkungan, spesialis pertanian organik dan lain-lain.

Hal ini juga dikonfirmasi oleh LinkedIn dalam Global Green Skills Report 2023. Laporan tersebut menyatakan ada tiga green jobs yang paling dicari di Indonesia yaitu energi analis, agronomis, dan sustainability manager.

Direktur Ketenagakerjaan, Nur Hygiawati Rahayu mengatakan, green jobs memiliki peluang cukup besar sehingga sumber dayanya perlu diperhatikan. Ia mengatakan, perlu adanya kolaborasi antara stakeholder menangkap potensi ini dengan begitu dapat menggerakan ekonomi hijau.

Pemerintah sendiri telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mendorong ekonomi hijau ini. Hal itu tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sekarang 2025-2029.

"Ini yang kita kemudian dorong dari sisi demand industri dan dunia usaha lainnya untuk bisa menangkap peluang itu,” ucapnya.

Reporter: Rena Laila Wuri