Global Forest Watch: Laju Hilangnya Hutan Tropis Berkurang di 2023
Analisis terbaru dari Global Forest Watch menunjukkan kehilangan hutan tropis menurun pada tahun lalu. Namun, indikator lain menunjukkan bahwa hutan dunia masih berada di bawah tekanan yang sangat besar.
Kerusakan hutan turut mendorong perubahan iklim global karena pohon menyerap karbon dioksida yang menyebabkan pemanasan iklim dan menyimpannya sebagai karbon di dalam kayunya. Gas rumah kaca tersebut akan dilepaskan ketika kayu tersebut membusuk atau terbakar.
Perusakan hutan juga mengancam keanekaragaman hayati karena banyaknya spesies tanaman dan hewan yang menjadikan hutan sebagai rumah mereka. Berikut ini adalah poin-poin dari data kehilangan hutan tahunan yang dirilis Global Forest Watch.
Nasib Hutan Tropis Lebih Baik
Hilangnya hutan primer - hutan yang belum terjamah oleh manusia dan terkadang dikenal sebagai hutan tua - di daerah tropis menurun 9% tahun lalu dibandingkan tahun 2022. Namun, para peneliti Global Forest Watch mengatakan bahwa tingkat kerusakan hutan masih sangat tinggi.
Dunia tahun lalu kehilangan sekitar 37.000 kilometer persegi hutan primer tropis. Wilayah hutan yang hilang tersebut hampir sama luasnya dengan Swiss dan lebih besar dari negara bagian Maryland, Amerika Serikat.
Global Forest Watch adalah sebuah proyek dari organisasi penelitian nirlaba yang berbasis di Washington, World Resources Institute, dengan menggunakan citra satelit. Sebagian besar data dikumpulkan oleh para peneliti Universitas Maryland.
Mikaela Weisse, Direktur Global Forest Watch, mengatakan menurunnya kehilangan hutan di Brasil dan Kolombia sebagian besar diimbangi oleh kehilangan yang lebih besar di tempat lain. "Dunia mengambil dua langkah maju, dua langkah mundur," kata Weisse, seperti dikutip Reuters, Kamis (4/4).
Para ilmuwan menganggap hutan primer tropis sebagai hutan yang paling berharga karena vegetasinya yang rimbun merupakan hutan yang paling padat dengan karbon. Hutan-hutan ini juga merupakan harta karun keanekaragaman hayati. Hutan hujan Amazon, misalnya, merupakan rumah bagi setidaknya 10% spesies yang dikenal di bumi.
Weisse mengatakan hilangnya hutan primer tropis tahun lalu menyebabkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan setengah dari emisi Amerika Serikat yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil setiap tahun.
Brasil, Republik Demokratik Kongo dan Bolivia menduduki peringkat teratas negara tropis dengan kehilangan hutan primer terbanyak. Hal ini terjadi meskipun kerusakan di Brasil turun 36%, karena Presiden Luiz Inacio Lula da Silva menerapkan kebijakan konservasi yang agresif, terutama di Amazon.
Negara tetangga Kolombia mengalami penurunan kehilangan hutan sebesar 49%. Presiden Gustavo Petro menjadikan pelestarian lingkungan sebagai bagian penting dalam proses perdamaian dengan kelompok-kelompok bersenjata yang mendominasi wilayah hutan, kata Weisse.
Kerusakan hutan di Republik Demokratik Kongo masih relatif stabil, namun cukup tinggi, yaitu sekitar 5.000 km persegi. Di posisi ketiga, Bolivia mengalami kehilangan hutan primer tertinggi selama tiga tahun berturut-turut, dengan tingkat kerusakan yang melonjak 27%. Produksi pertanian dan kebakaran menjadi penyebab utama hilangnya hutan.
Deforestasi Meningkat
Laporan Global Forest Watch juga menggarisbawahi deforestasi yang secara global meningkat 3,2% pada tahun 2023. Hilangnya hutan termasuk kerusakan alami seperti kebakaran hutan, hama, dan badai angin pada hutan yang dapat tumbuh kembali. Sementara itu, deforestasi mengacu pada orang-orang yang secara permanen mengubah hutan menjadi penggunaan lain seperti pertanian dan lebih sulit untuk diukur.
Lebih dari 140 negara pada tahun 2021 berkomitmen untuk mengakhiri deforestasi pada akhir dekade ini. Direktur Hutan World Resources Institute (WRI) Rod Taylor mengatakan ini merupakan sebuah tujuan yang membutuhkan penurunan kerusakan yang sangat besar setiap tahunnya.
"Kita sudah jauh keluar dari jalur dan bergerak ke arah yang salah dalam hal mengurangi deforestasi global," ujar Taylor. Brasil, Indonesia, dan Bolivia memimpin dalam hal deforestasi, diikuti oleh Republik Demokratik Kongo.
Kebakaran Hutan di Kanada
Kehilangan tutupan pohon meningkat 24% di semua hutan di seluruh dunia pada tahun 2022, sebagian besar disebabkan oleh kebakaran hutan yang sangat besar di Kanada.
Kehilangan hutan di Kanada yang mencapai lebih dari 80.000 km persegi, tiga kali lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. "Ini merupakan salah satu anomali terbesar yang pernah tercatat," ujar peneliti dari Universitas Maryland, Matt Hansen.
Deforestasi di daerah tropis merupakan penyebab perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Adapun kebakaran di Kanada lebih merupakan gejala pemanasan global, yang menyebabkan kondisi yang lebih panas dan lebih kering yang memicu kebakaran yang lebih besar. "Ini adalah masalah besar, dan ini merupakan peringatan akan dampak iklim terhadap kebakaran," kata Hansen.