Data organisasi riset Centre for Research on Energy and Clean Air atau CREA per 2023 menunjukkan tren penurunan kualitas udara di seluruh Indonesia. Di Jakarta, tingkat polusi bahkan terburuk sejak 2019.
“Meskipun ada sedikit perbaikan antara tahun 2020 dan 2022, peningkatan polusi pada tahun 2023 dinilai sebagai kemunduran yang signifikan,” kata Analis CREA, Katherine Hasan, dikutip dari siaran persnya Jumat (5/4).
Organisasi ini mencatat konsentrasi PM 2.5 di Jakarta konstan pada kisaran tidak sehat, yakni 40-50 μg/m3 dari Juni hingga akhir tahun. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada 2021 lalu sudah menetapkan batas PM 2.5 tahunan di 5 μg/m3. Artinya, angka ini lebih tinggi hingga 10 kali lipat batas wajar WHO.
“Selain itu, Ibu Kota Indonesia menempati posisi ke-7 dalam daftar ibu kota paling tercemar di dunia berdasarkan rata-rata tahunan PM2.5 yang dirilis oleh IQAir untuk tahun 2023,” ujarnya.
Diperburuk El Nino
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kembalinya El Nino pada 2023 menjadi tambahan sumber polusi selain transportasi, pembangkit listrik, atau industri. Dengan adanya El Nino, musim kemarau jadi lebih kering, curah hujan rendah, hutan terbakar, sehingga polusi meningkat.
Salah satu efek El Nino, yakni kebakaran hutan, turut mengerek tingkat polusi wilayah Sumatera dan Kalimantan. Dari 2020—2022, kekuatan radiasi di Sumatera dan Kalimantan cenderung rendah. Namun karena El Nino, banyak terjadi kebakaran hutan yang pada 2023 di dua wilayah itu.
“Ini mencapai lebih dari separuh daya radiasi di Kalimantan pada 2019 dan sepertiga rekor 2019 di Sumatera,” kata Katherine.
Masyarakat yang tinggal di kota-kota di Sumatra, Kalimantan, serta Jakarta dan sekitarnya yang dipelajari dalam analisis ini terpapar pada tingkat PM2.5 yang tidak sehat dan berbahaya. Polusi udara menimbulkan dampak kesehatan yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat, terlepas dari perbedaan durasi paparan dan variasi tingkat paparan dalam 24 jam.
Katherine mengatakan, polusi udara merupakan ancaman yang mendesak karena dampaknya terhadap kesehatan dan beban ekonomi bagi Indonesia. Selain itu, polusi udara juga memiliki kaitan erat dengan fenomena iklim, El Niño.
"Intervensi yang bermakna untuk mengurangi polusi udara skala nasional secara sistematis dan menegakkan kerangka kerja pengelolaan kebakaran hutan dan lahan yang ketat harus diprioritaskan untuk menghindari risiko nasional yang dapat diperkirakan pada tahun-tahun mendatang," ujarnya.
Untuk mengatasi polusi udara secara efektif, CREA menyerukan penerapan Standar Kualitas Udara Nasional yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 secara nasional.
Kualitas Udara Terbersih
Sementara itu, indeks kualitas udara versi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan kualitas udara Bandung pagi ini paling bersih di Indonesia. Bandung memiliki skor 21 pada Jumat (5/4/2024) pukul 06.00 WIB.
Pada waktu tersebut, kualitas udara Bandung tergolong baik yang berarti kadar polutan di udara Bandung sangat minim. Selanjutnya, Palu menempati posisi kedua dengan indeks kualitas udara 25. Berikutnya, ada Ambon di posisi ketiga dengan indeks kualitas udara 26.
Berdasarkan Permen LHK No. 14 Tahun 2020 tentang Indeks Standar Pencemar Udara, KLHK menerapkan klasifikasi indeks kualitas udara sebagai berikut.
- 0-50: baik
- 51-100: sedang
- 101-200: tidak sehat
- 201-300: sangat tidak sehat
- 300+: berbahaya