Gandeng ILO, Kemenparekraf Kembangkan Green Jobs di Sektor Pariwisata

ANTARA FOTO/Andri Saputra/Spt.
Foto udara objek wisata Pulau Nusa Ra di Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara Sabtu (20/4/2024). Pulau Nusa Ra yang berperan penting dalam sektor pariwisata di Pulau Bacan itu telah dikembangkan Pemkab Halmahera Selatan pada tahun 2023 menggunakan dana APBD sebesar Rp6 miliar, dengan membangun 7 unit vila terapung serta fasilitas penunjang lainnya guna meningkatkan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara sehingga mendorong perekonomian masyarakat di Pulau tersebut.
23/4/2024, 08.18 WIB

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan International Labor Organization (ILO) mengembangkan green jobs di sektor pariwisata. Mereka berharap bisa memetakan okupansi green jobs di sektor tersebut.

Kerja sama tahun ini dilakukan dengan menggelar pelatihan Training of Trainers (TOT) on Transitioning to a Green and Blue Economy di Yogyakarta. Pelatihan yang digelar pada 22 – 26 April 2024 di Yogyakarta ini, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang ekonomi hijau dan biru, dan bagaimana mengimplementasikan prinsip ekonomi hijau dan biru dalam sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Diah Martini Paham, mengatakan bahwa kerja sama dengan ILO ini sudah terjalin sejak lama. Pada 2012, Kementerian Pariwisata dan ILO bekerja sama dalam penyusunan Rencana Strategis Pariwisata Berkelanjutan dan Green Jobs di Indonesia.

"Kami berharap kerja sama dengan ILO masih terus berlanjut di masa depan. Masih banyak tantangan dalam pengembangan green dan blue economy di Indonesia, seperti pemetaan okupansi green jobs ataupun strategi transisi sektor pariwisata ke arah green and blue economy," ujarnya dikutip Selasa (23/4).

Ekonomi hijau mendukung praktik berkelanjutan, efisiensi sumber daya, dan transisi ke arah sumber-sumber energi terbarukan. Sektor-sektor yang masuk dalam konsep ekonomi hijau adalah energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, eco-tourism dan teknologi hijau.

Sementara ekonomi biru adalah aktivitas ekonomi yang terkait dengan pemanfaatan dan konservasi sumber daya laut. Industri yang terkait adalah pertanian, aquaculture, transportasi laut dan pariwisata bahari.

Lebih lanjut, Diah menjelaskan bahwa konsep ekonomi hijau dan biru dapat mendukung capaian sektor pariwisata. Sampai dengan September 2023, sektor pariwisata menyerap 21,93 juta tenaga kerja dan menyumbang devisa sebesar 10,46 miliar dolar AS.

Sedangkan sektor ekonomi kreatif menyumbang nilai tambah sebesar Rp1.050 triliun dan nilai ekspor ekraf sebesar 17.38 miliar dolar AS. Melalui penerapan konsep ekonomi hijau dan biru, Diah optimis Indonesia mampu mewujudkan keberlanjutan ekonomi sekaligus praktik pariwisata yang berkualitas.

Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia Pariwisata Kemenparekraf/Baparekraf, Ika Kusuma Permana Sari, menyampaikan harapannya terhadap pelaksanaan kegiatan TOT yang merupakan salah satu komitmen Kemenparekraf dalam menyebarluaskan praktik pariwisata berkelanjutan. Ika berharap prinsip ekonomi hijau dan biru dapat diimplementasikan oleh semua pemangku kepentingan.

“Kami ingin pesan tentang pentingnya ekonomi hijau dan biru dapat tersampaikan secara masif dan diaplikasikan oleh para pemangku kepentingan di sektor pariwisata, mulai dari akademisi, pemerintah dan pemerintah daerah, masyarakat hingga para generasi muda. Kami ingin konsep ekonomi hijau dan biru tidak berhenti di level kebijakan," ujarnya.

Kegiatan TOT on Transitioning to a Green and Blue Economy ini diikuti oleh 30 peserta dari lingkungan Kemenparekaf/Baparekraf, akademisi pariwisata, dan pengelola desa wisata di DIY dan Jawa Tengah.