Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk makin menyebar ke seluruh dunia karena perubahan iklim. Pemanasan global menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan kasus malaria dan demam berdarah (DBD) selama 80 tahun terakhir.
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO ) jumlah kasus demam berdarah secara global telah meningkat delapan kali lipat dalam dua dekade terakhir. Pada 2000, kasus demam berdarah mencapai 500.000 kasus, lalu meningkat menjadi lebih dari 5 juta pada 2019.
Ketua Kelompok Ketahanan Kesehatan Global Barcelona Supercomputing Center di Spanyal, Rachel Lowe, mengatakan nyamuk lebih menyukai kondisi yang lebih hangat dan lembab untuk mereka berkembang. Sebelumnya, dia telah memperingatkan bahwa wabah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk akan menyebar ke seluruh bagian Eropa utara, Asia, Amerika Utara, Australia dan wilayah lain di dunia dalam beberapa dekade mendatang.
"Pemanasan global karena perubahan iklim membawa nyamuk menyebarkan malaria dan DBD di lebih banyak wilayah. Wabah yang terjadi di daerah di mana orang cenderung naif secara imunologis dan sistem kesehatan, masyarakatnya tidak siap," kata Lowe dikutip Reuters, Jumat (26/4).
Kemarau Memperluas Penyebaran Penyakit
Lowe mengatakan, musim panas yang lebih panjang akan memperbesar peluang penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Dengan demikian, penularan yang masif akan berpotensi menjadi wabah dan semakin kompleks untuk ditangani.
Sebelum berkembang di Eropa, demam berdarah dulunya lebih banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Pasalnya, larva dan telur nyampuk tidak bisa bertahan di suhu dingin.
Namun, musim panas yang lebih lama dan salju yang lebih jarang membuat penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang paling cepat menyebar di dunia, terutama di Eropa.
Nyamuk harimau Asia (Aedes albopictus) pembawa demam berdarah telah menyerang 13 negara di Eropa sejak 2000, Penyakit ini terlihat di Italia, Prancis, Spanyol, Malta, Monako, San Marino, Gibraltar, Liechtenstein, Swiss, Jerman, Austria, Yunani, dan Portugal pada 2023.
Lowe mengatakan perubahan iklim akan meningkatkan penyebaran ini saat kekeringan dan banjir melanda dunia.
“Kekeringan dan banjir yang terkait dengan perubahan iklim dapat menyebabkan penularan virus yang lebih besar, dengan air yang disimpan menyediakan tempat berkembang biak nyamuk tambahan,” katanya.
Ia memperkirakan jika emisi karbon dan pertumbuhan populasi terus berlanjut, maka 4,7 miliar orang akan terkena dampak demam berdarah dan malaria pada akhir abad ini.
Kasus Demam Berdarah di Indonesia Melonjak
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kasus demam berdarah dengue di Indonesia pada periode kuartal I atau Januari-Maret 2024 meningkat hampir tiga kali lipat dibanding periode sama tahun lalu.
"Update minggu ke-12 tahun 2024, jumlah kasus (DBD) mencapai 43.271 dan kematian 343 jiwa," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi, dilansir dari Antara, Minggu (31/3/2024).