BMKG: Peralihan Musim Jadi Penyebab Suhu Udara Panas Ekstrem

ANTARA FOTO/Putri Hanifa/wpa/tom.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas (heatwave).
Penulis: Rena Laila Wuri
6/5/2024, 16.45 WIB

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas (heatwave). Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut fenomena suhu panas di Indonesia itu disebabkan oleh peralihan musim.

Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

"Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°C. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C pada minggu ini. Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," kata Dwikorita dalam keterangan pers, Senin (6/5).

Ia menjelaskan kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara. Hal ini memungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.

Suhu panas yang terjadi adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan. “Sama halnya dengan kondisi gerah yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini. Hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau,” kata Dwikorita.

Dwikorita mengatakan suhu panas ini merupakan kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini. Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah.

Sementara itu, pada siang hari yang terik ada pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara. Kemudian, terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari.

Kondisi gerah serupa juga dapat terasa pada malam hari  jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembaban udara yang relatif tinggi. Selanjutnya, udara berangsur-angsur dirasakan mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.

Suhu Tertinggi Tercatat di Palu

Ardhasena Sopaheluwakan, Deputi Bidang Klimatologi, mengatakan suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu mencapai 37,8°C pada 23 April lalu.

Suhu udara maksimum di atas 36,5°C juga tercatat di beberapa wilayah lain, yaitu pada tanggal 21 April di Medan, Sumatra Utara yang mencapai 37°C, dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37,8°C, serta pada tanggal 23 April di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8°C.

Berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, kata Ardhasena, hingga awal Mei 2024 baru 8% wilayah Indonesia yang telah memasuki musim kemarau. Wilayah yang telah memasuki periode musim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatra Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah, dan sebagian Maluku Utara.

Pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian PulauJawa, sebagian Pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan. "Meskipun demikian, sekitar 76% wilayah Indonesia lainnya masih berada pada periode musim hujan," kata Ardhasena.

Reporter: Rena Laila Wuri