Direktur Eksekutif Katadata Insight Center (KIC) Adek Media Roza mengatakan besarnya tantangan di bidang lingkungan hidup dan iklim membuat media tidak bisa lagi hanya berfungsi secara tradisional. Media harus menjadi katalisator untuk mempertemukan para pemangku kepentingan dalam isu perubahan iklim.
Media tidak bisa hanya melakukan diseminasi berita lalu mengawasi jalannya kebijakan pemerintahan dan melakukan advokasi saja. Ade mencontohkan Katadata yang juga melakukan tugas lain untuk dapat bertahan di tengah tantangan yang ada.
"Katadata, misalnya, kami fokus melakukan riset, kemudian juga menjadi katalisator kebijakan publik, lalu melakukan edukasi kepada publik, dan membangun komunitas," ujar Adek dalam dialog Hari Lingkungan Hidup Dunia di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rabu (5/6).
Menurutnya, yang menjadi tantangan pelaku media khususnya jurnalis adalah kemampuan analisis dengan memahami riset terkait lingkungan hidup dan perubahan iklim. Jurnalis harus mampu memahami riset yang ada dan juga membuat penelitian tersebut dengan bahasa yang dapat dengan mudah dipahami publik atau masyarakat.
"Jadi, bagaimana pesan-pesan yang kompleks itu bisa disimplifikasi, kemudian sampai pada publik secara luas," ujarnya.
Adek mengatakan, media juga bisa berperan sebagai katalisator atau perantara untuk mempertemukan para pemangku kepentingan (stakeholders) terkait. Para pemangku kepentingan di bidang lingkungan hidup berasal dari berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, swasta, masyarakat, hingga akademisi dan para aktivis.
"Fungsi media adalah mempertemukan stakeholder yang berbeda ini supaya mereka bisa bersama. Katadata melakukan itu misalnya dengan menggelar berbagai event, seminar. Menjelang Debat Pilpres kemarin, kami juga mempertemukan civil society, perwakilan dari tim sukses, kemudian pihak-pihak lain untuk saling memahami posisi masing-masing dan mencapai kesepakatan dalam upaya mengatasi perubahan iklim, " ujarnya.
Peran media lainya adalah melakukan edukasi mengenai pentingnya isu iklim bagi keberlangsungan kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Adek menilai fungsi ini sangat penting karena masyarakat tidak cukup memahami saja tetapi juga harus dapat menerima isu tersebut.
"Menerima dalam artian mungkin sebagian orang paham. Kalau kita menggunakan kantong plastik, ini akan merusak lingkungan, menghasilkan limbah, dan lain sebagainya," jelasnya.
Faktor keempat adalah komunitas. Jadi, media dengan kemampuannya untuk menjangkau publik, bisa membangun komunitas-komunitas yang akan menjadi ujung tombak dalam menyampaikan pesan-pesan perubahan iklim, pesan-pesan kelestarian lingkungan.
Dalam hal ini, Katadata membangun "Green Collabs" yang merupakan komunitas pecinta lingkungan hidup yang pesertanya anak-anak muda.
"Kita membuat acara setiap bulan, kita datang ke kampus, kita bangun komunitas-komunitas itu, dan kita harapkan nanti komunitas inilah yang akan menularkan kepada lingkungannya masing-masing. Karena seperti yang tadi disampaikan, kita nggak bisa melakukan ini sendiri," ungkapnya.