PUPR Minta BMKG Modifikasi Cuaca, Isi Air di 43 Bendungan di Jawa

ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/YU
Petugas Smart Aviation berbincang dengan tim usai menabur garam untuk modifikasi cuaca di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman, Sumatera Barat, Rabu (15/5/2024). Tim penabur menaburkan 2 ton garam pada Rabu (15/5/202) ke langit wilayah Sumbar di ketingggian 10-12 ribu kaki dalam kegiatan teknologi modifikasi cuaca pengendalian dampak bencana di daerah itu yang akan dilakukan hingga lima hari ke depan.
10/6/2024, 15.45 WIB

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) meminta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk melakukanTeknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada Juni 2024. Langkah ini diambil untuk mengisi 43 bendungan di Pulau jawa yang mengalami penurunan daya tampung akibat El Nino.

Operasi TMC tersebut dilakukan Kementerian PUPR dengan menggandeng Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU).

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, mengatakan pelaksanaan TMC terbagi menjadi tiga posko, yakni Posko 2 di Bandung untuk 8 bendungan, Posko 3 di Solo untuk 23 bendungan, dan Posko 4 di Malang untuk 12 bendungan.

“Teknologi modifikasi cuaca yang sering dilakukan oleh BMKG juga bertujuan untuk mengisi bendungan dan mengurangi risiko hujan atau banjir di berbagai tempat. Dengan teknologi modifikasi cuaca kita bisa memonitor berapa kubik air yang kita dapat,” ujar Basuki dikutip, Senin (10/6).

Basuki mengatakan, dampak dari El Nino membuat volume tampungan bendungan di Pulau Jawa berkurang sekitar 19%, yaitu sebesar 981,5 juta meter kubik air. Salah satu dampak yang paling mengkhawatirkan dari penurunan volume air ini adalah berkurangnya pasokan air untuk irigasi, yang pada gilirannya akan mengurangi luas lahan yang dapat diairi pada musim tanam.

Ia berharap, pelaksanaan TMC dapat mengatasi defisit volume tampungan dan memastikan ketersediaan air selama Masa Tanam II. Dengan demikian, petani tetap bisa panen dan rencana layanan irigasi untuk Masa Tanam III dapat ditingkatkan.

Sementara itu, Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Ditjen SDA Adek Rizaldi mengatakan, TMC direncanakan dilakukan dengan 1-3 sorti (penerbangan) per har. Operasi tersebut menggunakan 800 kg garam food grade dalam setiap penyemaian. Garam food grade digunakan supaya tidak mencemari lingkungan.

“TMC merupakan upaya Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dalam rangka mitigasi dampak musim kemarau yang merupakan bagian dalam pengelolaan sumber daya air,” ujar Adek.

Kegiatan TMC telah dilaksanakan sejak tanggal 1-5 Juni 2024 dengan hasil terjadi hujan di sekitar 22 Bendungan dari target 43 Bendungan, yaitu Bendungan Jatiluhur, Kedung Ombo, Wadaslintang, Logung, Gembong, Sanggeh, Cipancuh, Bolang, Banyukuwung, Panohan, Grawang, Randugunting, Gunung Rowo, Gondang Lamongan, Prijetan, Telaga Ngebel, Rancabereum, Malahayu, Lodan, Cacaban, Wonorejo dan Pacal.

Adapun tahapan pelaksanaan TMC meliputi BMKG menyediakan informasi prediksi potensi awan di Pulau Jawa yang berpotensi menimbulkan hujan. Ditjen SDA mengidentifikasi bendungan yang memerlukan tambahan air, BRIN menganalisis kebutuhan bahan penyemaian dan merencanakan penerbangan, dan bersama TNI AU melaksanakan proses penyemaian awan.

Setelah penyemaian, BMKG dan BRIN memantau hasil dan terjadinya hujan. Ditjen SDA kemudian memonitor curah hujan, tinggi muka air waduk, volume tampungan, inflow, dan outflow selama 24 jam, serta menganalisis tambahan air dan potensi layanan dengan volume efektif terkini,

"Terakhir dilakukan evaluasi pelaksanaan TMC setiap harinya. Tahapan di atas dilakukan berulang sampai TMC dinyatakan selesai, jika tidak ada potensi awan, atau bila tampungan waduk sudah mencukupi," ucapnya.

Reporter: Djati Waluyo