Sebagai wilayah yang ditetapkan sebagai Geopark pada tahun 2018, Natuna memiliki potensi yang cukup besar mulai dari kekayaan laut hingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Area geopark di Kabupaten Natuna memiliki berbagai keistimewaan seperti bebatuan granit yang terkenal dan struktur karst besar yang indah yang menarik perhatian para ahli geologi dan wisatawan.
Direktur Usaha dan Investasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Catur Sarwanto, mengatakan wilayah ini juga kaya akan keanekaragaman hayati, dengan berbagai flora dan fauna yang unik untuk ekosistemnya. Selain itu, aspek budaya dari geopark di wilayah Kabupaten Natuna melibatkan berbagai peninggalan kuno dan penduduk setempat sehingga wisatawan dapat mempelajari terkait sejarah wilayah paling utara di Indonesia ini.
Dia mengatakan, salah satu hasil tangkapan di Kabupaten Natuna yang dapat ditemukan adalah ikan Napoleon dengan proses pengembangbiakannya memiliki salah satu peranan penting dalam perekonomian di Kabupaten Natuna. Spesies ini dikenal dengan warna-warna cerahnya yang khas dan tersebar secara alami di seluruh wilayah Indo-Pasifik.
"Karena permintaan yang tinggi di pasar lokal dan internasional, ikan Napoleon ini memiliki harga yang cukup tinggi sehingga nilai ekonominya sangat menguntungkan. Perdagangannya tidak hanya meningkatkan taraf ekonomi lokal tetapi juga menciptakan banyak peluang kerja bagi penduduk pulau ini," ujar Catur dalam keterangan, Kamis (27/6).
Catur mengatakan, ikan napoleon memang telah dibudidayakan dan menjadi sumber pendapatan ekonomi di wilayah Natuna, khususnya di daerah Pulau Sedanau. Akses ekspor ikan Napoleon juga telah dibuka melalui jalur laut sehingga akan menambah devisa negara
Namun di sisi lain, proses ekspor tidak dapat dilakukan secara masif karena membutuhkan waktu-waktu tertentu untuk membesarkan anakan yang ditangkap dari alam.
"Kegiatan pemanfaatan ikan napoleon di Kabupaten Natuna dibagi menjadi dua tahap, yaitu menangkap anakan di alam dan membesarkan anakan di keramba. Kedua kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam membangun sebuah sistem budidaya," ujarnya.
Selain ikan Napoleon, beberapa produk perikanan Natuna lainnya yang terkenal dengan cita rasa dan kualitasnya adalah ikan bilis asin. Makna budaya dan penggunaan kuliner ikan lokal sangat terkait dengan metode tradisional dalam menangkap, mengasinkan, dan mengeringkan ikan.
Praktik-praktik tersebut membuat produk yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi yang dapat dibandingkan dengan produk dari pasar internasional sehingga dapat diandalkan dan dipercaya. Merambah ke wilayah baru akan meningkatkan tingkat kesadaran akan brand dan meningkatkan peluang kerja untuk penangkapan, pengolahan, dan ekspor, sehingga bermanfaat bagi perekonomian dan meningkatkan standar hidup masyarakat.
Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Armand, mengatakan potensi Kabupaten Natuna dalam pariwisata geopark, penangkaran ikan, dan ekspor ikan bilis asin menawarkan peluang pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
"Pembangunan berkelanjutan adalah kuncinya, menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan melalui praktik-praktik ramah lingkungan," kata Armand.
Dia mengatakan, Natuna dapat mencapai kemakmuran sambil melestarikan ekosistem dan warisan budayanya dengan pariwisata yang bertanggung jawab, pembudidayaan ikan yang berkelanjutan, dan ekspor berkualitas tinggi,.
"Natuna layak disebut sebagai mutiara di ujung utara Indonesia. Selain kaya akan cadangan minyak dan gas bumi, Natuna juga kaya akan sumber daya alam baik dari segi kelautan/perikanan, perkebunan, pertanian, pariwisata dan budaya," ujarnya.
Dia mengatakan, sayangnya sektor industri pengolahan belum tergarap secara optimal karena mahalnya biaya transportasi dari dan ke Natuna. Akibatnya, jalan masih panjang untuk membangun cerita sukses pembangunan bagi perkembangan kehidupan masyarakat Natuna.