PT Pupuk Indonesia (Persero) menargetkan penurunan emisi karbondioksida akibat produksi perusahaan hingga 3,4 juta ton hingga 2030. Salah satu cara mencapai tujuan tersebut yaitu dengan mengganti pabrik-pabrik tua dengan yang baru.

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha Pupuk Indonesia, Jamsaton Nababan mengatakan, target tersebut merupakan tahapan yang akan dilakukan perusahaan guna mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

"Untuk 2023 itu 1,9 juta ton. 2030 kita targetkan 3,4 juta ton. Pada 2060 sudah nol, tahun ini sekitar 2 juta ton," ujar Jamsaton saat ditemui di JCC, Kamis (4/7).

Guna mencapai target tersebut, Jamsaton mengatakan, perseroan melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah dengan berupaya menangkap gas CO2 dan mengubahnya menjadi bahan baku baru yang menghasilkan produk soda ash.

Jamsaton menyebut, upaya lainya adalah dengan menyuntikan CO2 yang dihasilkan perusahaan ke dalam tanah bekas sumur galian minyak dan gas bumi. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut, Pupuk Indonesia bekerja sama dengan beberapa perusahaan tambang, seperti Chevron dan Pertamina.

“Kemudian nanti ada yang ketiga, CO2 ini kita inject lagi ke bawah tanah. Bekas-bekas lapangan minyak atau bekas lapangan gas, kan kosong di bawah, CO2 dari pabrik kita kita inject ke bawah, beberapa pemilik PK (Perjanjian kinerja) migas. (Kerja sama) dengan Cevron, Pertamina,” ujarnya.

Mengganti Pabrik Tua

Selain dua hal tersebut, dia mengatakan, perusahaan juga melakukan perbaikan pada pabrik-pabrik yang telah berumur tua agar menghindari penggunaan gas untuk produksi pupuk.

"Pabrik-pabrik yang sudah boros kita perbaiki, atau kita ganti dengan yang baru, biar gak boros lagi gas nya sehingga lebih berkurang penggunaan gasnya," ucapnya.

Pada lingkungan pabrik juga telah menggunakan mobil dan bus listrik. Selain itu, Pupuk Indonesia juga telah menerapkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kecil untuk dapat menerangi lingkungan pabrik.

"Dan penanaman pohon, hampir 100 ribu hektar, baik pohon mangrove maupun pohon tropikal lainnya di berbagai daerah, untuk eksistingnya," ujarnya.




Reporter: Djati Waluyo