Tidak sedikit orang memandang sebelah mata atas produk sisa pakai atau sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Namun berbeda dengan Rendria Labde, Founder dari Magalarva tersebut dapat justru memanfaatkan sampah untuk meraih cuan atau keuntungan.
Magalarva merupakan sebuah perusahaan rintisan atau startup yang menjadikan sampah organik atau sisa makanan untuk dapat menjadi pundi-pundi rupiah. Awalnya, Rendria merasa resah dengan banyaknya sampah yang tidak dikelola.
"Ketika balik ke 2018, salah satu mimpinya saya adalah bagaimana, pada saat itu saya sudah percaya banget sama (pengelolaan sampah). Oke, ini tuh kayaknya bisa menyelesaikan banyak masalah," ujar Rendria saat ditemui di Gunungsindur, Bogor, Rabu (10/7).
Dia pun akhirnya menemukan metode untuk mengolah sampah organik atau sisa makanan dengan memanfaatkan larva lalat black soldier fly. Sampah organik tersebut menjadi makanan bagi larva lalat sehingga tumbuh besar dan banyak.
Nantinya, larva lalat tersebut dapat dijual kembali sebagai salah satu pakan ternak mulai dari bebek, ayam, hingga penghobi ikan hias. Dengan demikian, metode itu pun bisa mendapatkan keuntungan sekaligus mengelola sampah.
Rendria mengatakan, awalnya Magalarva hanya mampu mengelola sampah sebesar 50 kilogram per hari. Kapasitas pengolahan sampah tersebut terus bertumbuh setiap tahunya hingga sampai ke titik saat ini dengan produksi hingga 9-10 ton per hari.
Sedangkan untuk hasil akhir berupa maggot atau larva yang dapat dihasilkan oleh perusahaan juga terus meningkat hingga mencapai perolehan 1 ton per hari. Lahan untuk mengelola sampah dan mengembangbiakan larva pun semakin bertambah.
"Dulu jatuhnya kayak kita minjem lahan temen gitu lah ibaratnya, terus kita bangun kayak ukurannya kecil mungkin setenda ini gitu, lebih setengahnya tenda ini kali," ujarnya.
Rendria mengatakan saat ini perusahaannya tengah fokus melakukan ekspansi yang ditargetkan bulan ini. Salah satunya dengan melakukan ekspor maggot.
Sebagaimana diketahui, Magalarva sendiri merupakan salah satu perusahaan yang mendapatkan bantuan dari DBS Foundation dengan kucuran dana hibah sebesar S$ 200.000 atau Rp 2,4 miliar (kurs Rp 12.041/Dolar Singapura).