Keberagamanan siput darat karnivora di Selandia Baru terancam punah akibat perubahan iklim. Berdasarkan laporan klasifikasi ancaman terbaru mengenai siput darat karnivora Selandia Baru menunjukkan bahwa 48 dari 109 spesies mengalami penurunan status, hanya enam yang mengalami perbaikan.
Penasihat Ilmu Pengetahuan Departemen Konservasi (DOC) Selandia Baru, Kath Walker, mengatakan populasi siput darat karnivora kemungkinan besar akan menurun hingga 95% dalam beberapa dekade kedepan jika tidak segera diantisipasi.
"Saat ini, 43 jenis siput darat karnivora diklasifikasikan sebagai Kritis Nasional, status terakhir sebelum kepunahan," ujar Walker dalam keterangan, Kamis (25/7).
Walker mengatakan, salah satu siput predator dari famili Rhytididae, Wainuia clarki, berubah status dari rentan menjadi kritis karena invasi tikus di habitat pulau yang sebelumnya aman di Danau Taup. Selain itu, perubahan iklim membunuh Powelliphanta dan spesies siput lainnya dengan mengurangi kelembaban tanah di musim panas.
"Iklim yang semakin hangat juga berarti tikus sedang menyerbu rumah-rumah di puncak gunung beberapa spesies Powelliphanta, yang sebelumnya bebas dari predator," ujarnya.
Dia mengatakan, selama bertahun-tahun DOC telah menjaga jumlah posum tetap rendah di beberapa tempat di mana posum mengancam kelangsungan hidup siput. Dalam beberapa waktu kebelakang, DOC telah mencoba cara untuk menjaga jumlah tikus tetap rendah secara terus-menerus di daerah terpencil yang luas.
"Namun, tingkat penurunan yang tajam dalam populasi siput telah menuntut langkah-langkah mendesak seperti membangun pagar yang menghalangi babi, rusa, kambing, kelinci, landak, weka, dan - bila memungkinkan - tikus dari area kecil habitat siput," ujarnya.