Liputan Khusus | Katadata SAFE 2024

Bappenas: Pemerintah akan Luncurkan Rencana Aksi Pembangunan Kehati

Fauza/Katadata
Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Priyanto Rohmatullah, menjadi pembicara dalam Katadata Safe 2024, Rabu (7/8).
Penulis: Djati Waluyo
7/8/2024, 16.15 WIB

Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Priyanto Rohmatullah mengatakan, pemerintah akan meluncurkan Rencana Aksi dan Strategi Pembangunan Keanekaragaman Hayati atau Kehati. 

Peluncuran rencana aksi tersebut dilakukan untuk mendorong pembangunan dengan tetap menjaga lingkungan agar tetap lestari untuk melindungi keanekaragaman hayati.

"Besok kita akan meluncurkan rencana aksi dan strategi untuk pembangunan keanekaragaman hayati akan diresmikan Wakil Presiden Ma'ruf Amin," ujar Priyanto dalam acara Katadata Sustanability Action For The Future Economy (SAFE) 2024, di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Rabu (7/8).  

Menurutnya, Kehati menjadi salah satu hal penting dalam penurunan emisi guna mendukung pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. Dalam aksi tersebut, pemerintah akan membentuk kebijakan untuk penciptaan lapangan kerja hijau.

"Kehati saya kira menjadi salah satu hal yang penting di dalam penurunan emisi. Tentu saja kebijakanya juga akan diatur untuk green jobs atau tenaga kerja hijau," ujarnya.

Ancaman Keanekaragaman Hayati

Menurut laporan World Wildlife Fund (WWF) yang berjudul Living Planet Report 2020, ancaman terhadap lingkungan di dunia semakin serius. Hal ini tercermin dari jejak ekologis (ecological footprint), sebuah tolak ukur dampak dari kehidupan manusia terhadap alam, yang terus mengalami peningkatan.

Ancaman terbesar utama bagi keanekaragaman hayati di seluruh wilayah dunia adalah karena perubahan penggunaan lahan dan air (50%). Perubahan penggunaan lahan dan air dalam hal ini yaitu penebangan yang dilakukan terus menerus, pertanian yang tidak berkelanjutan, serta penambangan atau penggalian.

Ancaman terbesar kedua adalah eksploitasi berlebihan pada spesies (24%), yakni ketika manusia sengaja membunuh spesies/satwa tertentu untuk diperdagangkan atau penangkapan besar-besaran.

Ancaman ketiga, invasi oleh spesies atau satwa dan menyebarkan penyakit (13%). Invasi oleh spesies atau satwa tertentu terjadi karena habitat asli mereka yang rusak, sehingga mereka mencari habitat lain dan akan menyerang spesies atau satwa asli. Spesies atau satwa yang melakukan invasi juga bisa menyebarkan penyakit baru yang sebelumnya tidak ada di lingkungan.

Sementara, ancaman keempat dan kelima adalah polusi (7%) dan perubahan iklim (6%). Polusi dapat mempengaruhi ketersediaan makanan dan reproduksi bagi spesies/satwa. Perubahan iklim juga dapat mengacaukan sinyal spesies atau satwa untuk bermigrasi dan reproduksi.

Laporan ini juga menyebutkan bahwa dunia telah kehilangan lebih dari dua pertiga populasi satwa liar dalam waktu kurang dari 50 tahun (1970-2016). WWF memperingatkan bahwa manusia merusak alam pada tingkat yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Reporter: Djati Waluyo