PT Unilever Indonesia Tbk menargetkan 25% kemasan yang digunakan produk-produknya berasal dari plastik daur ulang. Emiten berkode UNVR ini menargetkan seluruh kemasan produk-produknya akan berasal dari plastik daur ulang dan dapat didaur ulang pada 2035.
Director of Sustainability & Corporate Affairs UNVR Nurdiana Darus mengatakan target keberlanjutan pada kemasan produk Unilever dilakukan bertahap mengikuti industri daur ulang plastik di dalam negeri. Kementerian Perindustrian mencatat kapasitas terpasang industri daur ulang mencapai 2,3 juta ton per tahun pada pertengahan 2021.
"Kesinambungan ketersediaan plastik daur ulang harus dipertimbangkan. Solusi dan inovasi daur ulang plastik saat ini tidak ada, tapi masih perlu diusahakan," kata Nurdiana di Katadata SAFE 2024, Rabu (7/8).
Nurdiana menyampaikan, penggunaan plastik daur ulang akan ditingkatkan menjadi pengurangan bijih plastik baru hingga 30% pada 2026. Angka tersebut ditargetkan naik menjadi 40% pada 2028.
Untuk itu, UNVR pun menargetkan seluruh kemasan kaku atau berbahan plastik High Density Polyethylene dapat didaur ulang dan berbahan baku plastik daur ulang pada 2030. Capaian tersebut diikuti kemasan fleksibel atau berbahan plastik Low Density Polyethylene pada 2035.
Nurdiana mengatakan, UNVR kini mencoba masuk ke industri daur ulang plastik. Ini ditunjukkan dari pengoperasian pabrik pengolahan sampah plastik di Sidoarjo, Jawa Timur. Pabrik tersebut dioperasikan secara uji coba bersama Fraunhofer Institute sejak Januari 2019 hingga saat ini.
Nurdiana mencatat, UNVR telah mengumpulkan dan memeroses 56.000 ton plastik pada tahun lalu. Menurutnya, volume tersebut telah melampaui jumlah plastik yang digunakan UNVR sebagai kemasan tahun lalu.
Ia menyampaikan program pengolahan plastik daur ulang diikuti dengan program pengisian ulang produk-produk UNVR/ Menurutnya, program tersebut dapat mengurangi penggunaan plastik hingga 6 ton pada tahun lalu.
"Sekarang sudah ada 871 titik program isi ulang produk-produk UNVR di Jakarta Raya dan Surabaya Raya. Saat ini makin banyak konsumen yang tidak perlu produk botolan UNVR," ujarnya.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan program Nuclear Technology for Controlling Plastic Pollution (Nutec Plastic) sebagai solusi daur ulang limbah plastik dengan teknologi nuklir. Dalam program ini BRIN bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Pengembang Teknologi Nuklir Ahli Utama, Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN Totti Tjiptosumirat mengatakan, IAEA menganggap Indonesia sebagai negara yang mampu memanfaatkan teknologi nuklir untuk mengolah limbah plastik sehingga dijadikan negara percontohan di kawasan Asia Pasifik.
Dia menjelaskan, proyek yang dinamakan dengan TC INS 1031 itu terkait dengan program unggulan IAEA bidang lingkungan. Proyek ini diluncurkan dalam rangka memitigasi atau mengurangi limbah plastik di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
“TC INS 1031 yang terkait dengan NUTEC Plastic yaitu memitigasi limbah plastik atau mendaur ulang plastik yang dalam pelaksanaannya membutuhkan teknologi nuklir berupa EBM,” kata Totti melalui keterangan di Jakarta, Sabtu (20/7).
IAEA akan menghibahkan peralatan Electron Beam Machining (EBM) 2,5 MEV kepada BRIN untuk pengembangan NUTEC Plastic. Pemanfaatan fasilitas ini tidak hanya untuk mengolah limbah plastik, tetapi juga untuk pengembangan-pengembangan riset lain ke depannya