Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan pemerintah akan memperbanyak transportasi massal yang menggunakan kendaraan listrik untuk menekan polusi udara dan meningkatkan kualitas lingkungan, khususnya di wilayah Jakarta.
"Nanti bus transportasi kita ada 5.000 bus yang segera kita masukkan EV (electric vehicle) secara bertahap," kata Luhut usai menghadiri Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu (14/8).
Luhut menekankan bahwa penggunaan transportasi massal dengan kendaraan listrik sangat penting untuk diterapkan, mengingat indeks kualitas udara di Jakarta berkisar antara 170 hingga 200. Indeks kualitas udara tersebut berada pada level yang tidak sehat.
Oleh karena itu, pemerintah juga mendorong percepatan implementasi penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur.
Luhut menambahkan, polusi udara telah menimbulkan dampak kesehatan yang serius, yang membuat pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar Rp38 triliun untuk biaya pengobatan masyarakat. "Sehingga tidak ada lagi bus yang pakai solar, dan mobil-mobil. Transportasi ini memiliki dampak besar terhadap polusi udara," kata Luhut.
Rencana Penutupan PLTU Suralaya
Sebelumnya, Luhut mengungkapkan rencana penutupan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, di Cilegon, Banten, demi menekan polusi udara di Jakarta.
Hal itu dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam mengatasi polusi udara khususnya di wilayah Jakarta. Pemerintah tengah mengkaji hal tersebut, apalagi PLTU Suralaya sudah beroperasi lebih dari 40 tahun.
Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi akan segera melakukan rapat untuk menindaklanjuti rencana penutupan PLTU tersebut sehingga indeks kualitas udara Jakarta bisa di bawah 100.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan, pemerintah menargetkan pengembangan sebanyak 2 juta kendaraan berbasis listrik roda empat dan 13 juta kendaraan listrik roda dua pada 2030.
Dari target tersebut diharapkan terjadi penghematan energi sebesar 29,79 Million Barrel Oil Equivalent (MBOE) dan reduksi emisi gas buang sebanyak 7,23 juta CO2.
"Target tersebut merupakan bagian dari strategi percepatan program kendaraan listrik dan ekosistemnya, selain itu juga untuk akselerasi transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060," ujar Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahjana, sebagaimana dikutip lewat keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (23/5).
Agus mengatakan, Indonesia serius dalam upaya mengembangkan rantai pasok ekosistem baterai kendaraan listrik, mulai dari hulu hingga ke hilir. Pasalnya, Indonesia memiliki potensi nikel yang cukup besar dalam mendukung pengembangan industri ekosistem kendaraan listrik.