Indonesia Telah Terima Dana Total Rp 1 T untuk Kurangi Perusak Lapisan Ozon

ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.
Pekerja menyelesaikan produksi air conditioner (AC) rumahan di Legok, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (23/5/2023).
20/9/2024, 20.16 WIB

Indonesia telah mendapatkan kucuran dana setidaknya lebih dari US$ 70 juta atau setara dengan Rp 1 triliun hingga 2023 untuk program menghilangkan penggunaan chlorofluorocarbon (CFC) yang membahayakan lapisan ozon.

"Kalau dari jaman CFC itu US$70juta-an dolar. Itu dari jaman mengganti dari CFC sampai yang sekarang. Itu dana yang kita terima untuk digunakan oleh industri," ujar Kepala Subdirektorat Pengendalian Bahan Perusak Ozon, Direktorat Mitigasi Perubahan Iklim (KLHK), Zulhasni dalam acara "Lindungi Ozon, Kurangi Perubahan Iklim", Jumat (20/9).

Zulhasni mengatakan, dana tersebut berasal dari beberapa lembaga pendanaan internasional. Menurutnya, lembaga tersebut memberikan dana untuk dapat menjaga lapisan ozon agar tetap utuh.

Dengan karakteristik ozon yang berada di seluruh dunia, maka tugas tersebut bukan hanya diemban oleh sebagian negara melainkan seluruh negara di dunia.

"Jadi dia menyediakan dana dan itulah yang digunakan oleh industri untuk mengganti teknologi," ujarnya.

Menurutnya, lemari pendingin bukan hanya kulkas, tapi juga cold storage atau penyimpanan dingin yang digunakan di bidang pertanian. Zulhasni mengatakan pemerintah Indonesia bersama dengan industri untuk mencari pengganti CFC.

"Jadi pabrik-pabrik AC itu sudah berganti, sekarang sudah menggunakan R32 atau difluoromethane. R32 itu tidak merusak lapisan ozon, tapi dia masih menyebabkan pemanasan global," ungkapnya.

Ia mengatakan Indonesia sudah mulai melindungi ozon sejak tahun 1992 dengan cara mengurangi bahan yang dapat merusak lapisan pelindung bumi tersebut. Pemerintah juga telah meratifikasi tahun 1992 Konvensi Wina dan Protokol Montreal Konvensi Wina.

"Sampai sekarang banyak yang sudah kami hentikan penggunaan bahan perusak ozon tersebut," ujar Zulhasni.

Pemerintah saat ini juga tengah melakukan sosialisasi dan pelatihan untuk potensi kebocoran freon yang dapat merusak lingkungan. Salah satunya soal penggunaan pendingin ruangan alias AC.

"Kalau dia tidak terlepas ke lingkungan, lingkungan akan baik-baik saja, dia tidak akan rusak." katanya.

Zulhasni mengatakan sejak 2013, Indonesia telah mendapatkan dana sebesar US$ 36 juta.untuk program peralihan dari hydrochlorofluorocarbon (HCFC) ke freon tipe R22 dan R23. Dana tersebut, digunakan untuk membantu industri Air Conditioner (AC) dan kulkas mengganti mesin yang lebih ramah lingkungan.

"US$ 36 juta dolar itu untuk menghapuskan HCFC dari tahun 2013 sampai nanti 2030," katanya.

Reporter: Djati Waluyo