FWI: 70% Deforestasi Indonesia Terjadi di Papua pada 2022-2023

ANTARA FOTO/Sakti Karuru/foc.
Sejumlah warga berbincang di area hutan mangrove yang telah ditimbun di Kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Teluk Youtefa, Kota Jayapura, Papua, Selasa (11/7/2023).
30/9/2024, 10.55 WIB

Forest Watch Indonesia (FWI) mencatat kawasan hutan di Papua menjadi wilayah yang paling banyak mengalami penebangan hutan atau deforestasi, yaitu sebesar 552 ribu hektare pada periode 2022-2023. Angka tersebut lebih dari 70 persen luasan lahan yang mengalami deforestasi di seluruh wilayah Indonesia pada 2022-2023 yaitu sebesar 753 ribu hektare.

Berdasarkan data FWI yang dikutip Senin (30/9), Kalimantan menjadi wilayah dengan tingkat deforestasi terbesar kedua setelah Papua pada periode 2022-2023 dengan luasan hingga 72 ribu hektare. Posisi ketiga ditempati oleh Sumatera dengan luasan lahan yang mengalami deforestasi sebesar 64 ribu hektare.

Kemudian posisi keempat dan kelima ditempati oleh Maluku dan Sulawesi, masing-masing sebesar 29 ribu hektare dan 28 ribu hektare. Sementara Bali dan Nusa Tenggara menempati sebesar empat ribu hektare, serta Jawa di posisi terakhir sebesar seribu hektare.

Kebakaran Hutan

Selain deforestasi, hutan di Indonesia juga terancam kebakaran hutan di beberapa wilayah. Berdasarkan catatan FWI, tercatat sebanyak 1.952 titik panas terpantau di Indonesia sampai dengan September 2024. Dari catatan tersebut, 46 persen titik panas yang terjadi sepanjang 2024 berada di dalam wilayah konsensi. Sedangkan 54 persen lainya berada di luar wilayah konsensi.

Jika dilihat dari penyebarannya, Kalimantan menjadi wilayah dengan titik panas terbanyak di Indonesia selama 2024 dengan total 1.051 titik. Posisi kedua ditempati oleh Bali dan Nusa Tenggara dengan jumlah 357 titik panas. 

Sumatera berada di posisi tiga dengan jumlah 294 titik panas. Kemudian di posisi selanjutnya ditempati oleh Jawa dengan jumlah titik panas mencapai 117.

Sementara itu tiga wilayah lainya yang juga mencatatkan titik panas adalah Sulawesi dengan 79 titik, Maluku dengan 35 titik, dan Papua denga 19 titik panas.

Data KLHK

Sementara itu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, mengklaim kebakaran hutan dan deforestasi telah menurun drastis selama kurang lebih 10 tahun ke belakang

“Kita mempunyai cakupan wilayah kebakaran hutan seluas 2,6 juta hektare dengan kabut asap lintas batas yang bertahan selama sekitar dua bulan, itu terjadi pada tahun 2015, dan pada tahun 2022, kita hanya mengalami kebakaran hutan seluas 200.000 hektare,” ujar Menteri Siti dalam acara bersepeda bersama para duta besar di Gedung KLHK, Jakarta, Minggu (29/9), seperti dikutip dari Antara.

Siti mengatakan, deforestasi di Indonesia juga turun drastis menjadi 100.000 hektare pada 2023, dari sebelumnya 1,09 juta hektar di periode 2014-2015. Selain itu, pendapatan masyarakat berhasil meningkat hingga Rp 2,3 per bulan juta berkat pemberdayaan di bidang perhutanan sosial.

Perhutanan sosial kini telah mencakup 8,018 juta hektare untuk akses sekitar 1,4 juta rumah tangga terhadap hutan. "Artinya, kita meningkatkan akses masyarakat terhadap hutan sebesar 8 juta hektare dibandingkan 2015 yang hanya 400.000 hektare,” tuturnya.

Reporter: Djati Waluyo